Asal
Mula Bunga Mawar Versi Riz Jackoo
(@ks_rizcha)
(@ks_rizcha)
Di sebuah
rumah.
Asmara : “Puspa......
puspa....... puspa.......” (Berteriak)
“Kemana sih tuh anak gak nyahut-nyahut”
“puspa........ puspaaaaaa.......” (Kembali berteriak)
“Kemana sih tuh anak gak nyahut-nyahut”
“puspa........ puspaaaaaa.......” (Kembali berteriak)
Puspa :
(Berlari menuju hadapan Ratu) “I....... i...... iya ka” (gugup)
Asmara : “Kamu itu tuli atau budeg
sih ? dari tadi dipanggil-panggil kok gak datang ?”
Puspa : “Ma....... ma’af ka aku .........”
Asmara : “(Memotong ucapan Puspa) Alah sudalah
gak ada ma’af-ma’afan kamu itu buta apa ? liat nih lantai masih kotor ! liat
juga tuh daun-daun kering masih berserakan !, gak malu apa ? apa kata tetangga
? masa rumah orang terkaya nomor satu di komplek Elit ini kotor ?”
Puspa : “Tapikan ka, aku tadi bersih-bersih
halaman belakang”
Asmara : “Oh jadi kamu lebih mengutamakan
halaman belakang daripada halaman depan ? bodoh banget sih kamu”
Tiba-tiba
saja bu Brata yang tak lain adalah ibu Asmara dan Puspa datang
Bu Brata : “Aduh Asmara ada apa ini kok bersik
banget, sakit tau telinga mami dengarnya” (Berkipas-kipas)
Asmara : “Ini loh mi si Puspa masa gak mau
bersih-bersih halaman depan eh malah maunya bersihin halaman belakang”
Bu Brata : “Puspa pikir dong pakai otak masa
halaman belakang yang diutamakan ?”
Puspa : “Tapi mah aku pikir ka Asmara bisa
bantu aku untuk bersih-bersih halaman depan, lagian kan halaman belakang lebih
luas daripada halaman depan”
Bu Brata : “Eh dasar yah kamu anak tiri gak tau
diri” (Menjambak rambut Puspa)
“Jadi kamu mau jadikan Asmara anak saya tercantik dan tersayang ini pembantu ?” (Masih menjambak rambut Puspa)
“Jadi kamu mau jadikan Asmara anak saya tercantik dan tersayang ini pembantu ?” (Masih menjambak rambut Puspa)
Puspa : “Aduh mah sakit” (Meringis
kesakitan)
Bu Brata : “Peduli apa saya kalau kamu sakit toh
saya bukan ibu kandung kamu” (Masih menjambak rambut Puspa)
“Ayo jawab saya ! kamu mau jadikan Asmara pembantu ?”
“Ayo jawab saya ! kamu mau jadikan Asmara pembantu ?”
Puspa : “Enggak mah enggak aku gak ada niat
buat jadiin ka Asmara pembantu”
Bu Brata : “Bagus !, sekarang kamu bersihkan
halaman depan lalu setelah itu rapikan meja makan, cuci piring, setelah itu cuci
pakaian kotor saya dan Asmara, lalu kamu belanja ke pasar beli sayur-sayuran,
setelah itu masak untuk saya makan siang !” (Melepaskan rambut Puspa, hingga
Puspa terjatuh di Lantai)
Puspa : (Menangis) “Tapi mah aku mau
sekolah”
Bu Brata : “Gak ada sekolah-sekolahan yang pantas
bersekolah itu hanyalah Asmara anak saya, ingat itu !, dan satu lagi awas kalau
kamu berani ngadu sama Brata ayah kamu si tua bangka itu !, saya gak
segan-segan bikin penyakit jantung ayah kamu kambuh, ayo sayang kita berangkat”
(Merangkul Asmara, lalu mengantarkan Asmara kesekolah, sedangkan Puspa langsung
melaksanakan semua tugas dari ibu tirinya tersebut)
*********************
Hari ini adalah hari dimana ayah
kandung Puspa yang tak lain adalah pak Brata pulang ke rumahnya setelah satu
minggu pergi ke Paris untuk mengurus bisnisnya.
Pak Brata : “Assalamu’alaikum”
Puspa : “Wa’alaikum salam, papah” (bersalaman
lalu mencium tangan pak Brata)
Pak Brata : “Kakak sama ibu kamu mana ?”
Puspa : “Ada kok, mamah, kakak ayah datang”
(Sedikit berteriak)
Munculah bu Brata dengan Asmara
berpakain lusuh dan compang-camping seperti layaknya seorang Pembantu.
Pak Brata : “Ya ampun Mamah, Asmara kenapa kalian
berpakain seperti itu ?
Bu Brata : (Menagis) “Beginilah mas keadaan kami
setiap kamu pergi, kami diperlakukan layaknya pembantu oleh anakmu, dan Puspa
ma’af, ma’af banget mamah terpaksa harus berkata jujur atas semua perlakuan
kamu selama ini, karena mamah sudah gak kuat sama oceh-ocehan dan perlakuan
kasar kamu buat mamah dan Asmara selama papah pergi”
Pak Brata : “Puspa apa benar itu” (Dengan nada tinggi)
Asmara : (Mencubit kasar tangan Puspa) “Awas kalo
kamu bilang mami bohong !, liat apa yang terjadi sama jantung papah kamu !”
Puspa : (Hanya diam menunduk)
Pak Brata : “Puspa Jawab Papah !” (Semakin marah)
Puspa : (Masih diam menunduk)
Pak Brata : “Oh, kalau kamu diam berarti itu semua
benar keterlaluan kamu Puspa, kurang ajar” (PRAAAK, pak Brata menggampar pipi
Puspa)
Puspa : “Enggak pernah aku sangka papah berani
gampar aku, papah jahat, papah enggak tau gimana kenyataannya” (Menangis, lalu
bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kamarnya)
Pak Brata : (Hendak mengejar Puspa)
Bu Brata : (Menarik tangan pak Brata) “Papah mau
kemana ?, biarkan dulu Puspa instropeksi dirinya !”
Tiba-tiba Handpone Pak Brata berbunyi
Pak Brata : (Meletakan handponenya di telinga) “Hallo
selamat siang, ya saya sendiri, baik saya segera ke sana”
(Menekan tombol merah pada handponenya) “Papah harus segera ke kantor mah, nanti papah pasti pulang”
(Menekan tombol merah pada handponenya) “Papah harus segera ke kantor mah, nanti papah pasti pulang”
Asmara : “Tunggu pah sebentar, Asmara meminta
tandatangan papah untuk keperluan sekolah” (Memberikan selembar kertas pada pak
Brata)
Pak Brata : “Oh oke” (Mentandatangi kertas yang
diberikan Asmara tanpa membacanya terlebih dahulu)
“Tapi ingat kalian harus segera ganti baju !” (Langsung pergi dengan sangat buru-buru)
“Tapi ingat kalian harus segera ganti baju !” (Langsung pergi dengan sangat buru-buru)
Sementara
itu di kamarnya Puspa masih menagis, tiba-tiba saja dia mendapat telepon yang
mengabarkan bahwa ayahnya kecelakaan dan tewas di tempat, seketika itu juga
handpone yang di tangannya terjatuh dan air matanya semakin mengalir deras.
Puspa : (Menagis terisak isak) Enggak........
gak gak mungkin papah meninggal gak mungkiiiiiiiiin ............... (Berteriak)
Bu Brata : (Berjalan ke kamar Puspa) “Puspaaaaaaaa
diam kenapa sih kamu teriak-teriak”
Puspa : “Papah, mah papah kecelakaan
dan........ dan tewas di tempat” (Menagis terisak-isak)
Bu Brata : “Kamu mau coba-coba bohongin saya !”
Puspa : “Enggak buat apa mah aku bohong ?”
Asmara : “Biarlah mi si Brata tua bangka itu mati
toh hartanya sudah kita dapatkan juga, ini mi tadi aku sebenarnya minta
tandatangan Brata bukan untuk keperluan sekolah tapi untuk surat penyerahan kekuasaan atas semua hartanya
untuk kita”
Bu Brata : (Tertawa lebar) “Wah mami tidak menyangka
kamu sepintar ini, eh Putri urus Zenazah ayah kamu !” (Kembali tertawa lebar)
Puspa : “Kalian jahat, tapi ingat 70 % harta
papah masih hak ibu kandungku ini buktinya” (Memperlihatkan surat kuasa lalu meninggalkan
Bu Brata dan Asmara)
Tujuh hari
sudah berlalu, Pagi itu Asmara sengaja menemui seorang dukun agar bisa
menyingkirkan Puspa lalu menguasai 70 % harta pak Brata yang masih menjadi hak
ibu kandung Puspa.
Dukun : “Kamu suruh saudara tiri kamu itu menghirup wangi Parfum bergambar
bunga berduri di botolnya ini !, maka secara ajaib dia akan berubah menjadi
sebatang bunga yang berduri” (Menyerahkan Parfum bergambar bunga berduri di
botolnya)
Asmara : “Yang benar mbah ?” (Sedikit ragu)
Dukun : “Iya, coba saja !”
Asmara : “Terimakasih mbah akan saya coba”
Dukun : “Oke tapi jangan lupa transfer uang Rp
50.000.000,- ke ATM saya jika sudah keluar dari rungan ini”
Asmara : “Baik mbah saya pamit” (Meninggalkan
ruangan dukun)
Sore
Harinya
ASmara : “Hai Puspa kamu lagi apa ?”
Puspa : “Lagi baca buku komik nih ka, ada apa
?”
Asmara : “Coba deh kamu hirup bau parfum ini wangi
gak” (Memberikan sebotol Parfum bergambar bunga berduri di botolnya pada Puspa)
Puspa : “Mana coba sini aku cium” (Menerima
Parfum bergambar bunga berduri di botolnya)
Tiba-tiba
Bu Brata datang
Bu Brata : “Eh ada Parfum saya mau coba” (Merebut
Parfum bergambar bunga berduri di botolnya itu dari tangan Puspa)
Asmara : “Mami jangan mi jangan !” (Berusaha
melarang ibunya)
Bu Brata : “Kamu apa-apaan sih ?, beraninya larang-larang
mami (Langsung menghirup aroma Parfum bergambar bunga berduri di botolnya)
Asmara : “Tapi mi ............” (Langsung terdiam)
Seketika
itu juga bu Brata berteriak senyaring mungkin karena merasakan rasa panas yang
luar biasa pada sekujur tubuhnya secara ajaib langsunglah bu Brata berubah
menjadi sebatang bunga berduri yang tumbuh subur, karena tak sanggup melihat
ibunya menjadi sebatang bunga berduri maka Asmara juga menghirup parfum bergambar
bunga berduri di botolnya itu dan secara ajaib pula Asmara berubah menjadi sebatang
bunga berduri yang tumbuh subur.
Karena terinspirasi dari kejatahan-kejahatan
yang dilakukan oleh bu brata dan Asmara Puspa menamakan bunga berduri itu
“BUNGA MAWAR” tapi Puspa selalu merawat kedua batang bunga berduri itu dengan
senang hati, sehingga bunga Mawar tersebut dapat berkembangbiak secara banyak
dan besar sampai sekarang.
Seperti
yang kita ketahui bunga mawar itu indah dan cantik namun seindah-indahnya bunga
mawar tetap saja jahat karena sewaktu-waktu dia bisa menusukan durinya pada
orang yang memetiknya agar dapat melindungi dirinya, sama halnya dengan sifat
bu Brata dan Asmara yang sanggup melakukan apa saja agar dapat menguasai harta
pak Brata.
~ S E L E
S A I ~
Nah bagi anda yang perlu buat drama atau apalah silahkan COPAS, taapi izin diComent dulu ych :-)
dan jangan lupa juga follow twitter me @ks_rizcha :-)
#Thanks Before :-)
dan jangan lupa juga follow twitter me @ks_rizcha :-)
#Thanks Before :-)