Kamis, 24 Oktober 2013

Asal Mula Bunga Mawar



Asal Mula Bunga Mawar Versi Riz Jackoo
(@ks_rizcha)

          Di sebuah rumah.
Asmara        : “Puspa...... puspa....... puspa.......” (Berteriak)
                   “Kemana sih tuh anak gak nyahut-nyahut”
                    “puspa........ puspaaaaaa.......” (Kembali berteriak)
Puspa           : (Berlari menuju hadapan Ratu) “I....... i...... iya ka” (gugup)
Asmara                  : “Kamu itu tuli atau budeg sih ? dari tadi dipanggil-panggil kok gak datang ?”
Puspa           : “Ma....... ma’af ka aku .........”
Asmara        : “(Memotong ucapan Puspa) Alah sudalah gak ada ma’af-ma’afan kamu itu buta apa ? liat nih lantai masih kotor ! liat juga tuh daun-daun kering masih berserakan !, gak malu apa ? apa kata tetangga ? masa rumah orang terkaya nomor satu di komplek Elit ini kotor ?”
Puspa           : “Tapikan ka, aku tadi bersih-bersih halaman belakang”
Asmara        : “Oh jadi kamu lebih mengutamakan halaman belakang daripada halaman depan ? bodoh banget sih kamu”

Tiba-tiba saja bu Brata yang tak lain adalah ibu Asmara dan Puspa datang
Bu Brata      : “Aduh Asmara ada apa ini kok bersik banget, sakit tau telinga mami dengarnya” (Berkipas-kipas)
Asmara        : “Ini loh mi si Puspa masa gak mau bersih-bersih halaman depan eh malah maunya bersihin halaman belakang”
Bu Brata      : “Puspa pikir dong pakai otak masa halaman belakang yang diutamakan ?”
Puspa           : “Tapi mah aku pikir ka Asmara bisa bantu aku untuk bersih-bersih halaman depan, lagian kan halaman belakang lebih luas daripada halaman depan”
Bu Brata      : “Eh dasar yah kamu anak tiri gak tau diri” (Menjambak rambut Puspa)
“Jadi kamu mau jadikan Asmara anak saya tercantik dan tersayang ini pembantu ?” (Masih menjambak rambut Puspa)
Puspa           : “Aduh mah sakit” (Meringis kesakitan)
Bu Brata      : “Peduli apa saya kalau kamu sakit toh saya bukan ibu kandung kamu” (Masih menjambak rambut Puspa)
“Ayo jawab saya ! kamu mau jadikan Asmara pembantu ?”
Puspa           : “Enggak mah enggak aku gak ada niat buat jadiin ka Asmara pembantu”
Bu Brata      : “Bagus !, sekarang kamu bersihkan halaman depan lalu setelah itu rapikan meja makan, cuci piring, setelah itu cuci pakaian kotor saya dan Asmara, lalu kamu belanja ke pasar beli sayur-sayuran, setelah itu masak untuk saya makan siang !” (Melepaskan rambut Puspa, hingga Puspa terjatuh di Lantai)
Puspa           : (Menangis) “Tapi mah aku mau sekolah”
Bu Brata      : “Gak ada sekolah-sekolahan yang pantas bersekolah itu hanyalah Asmara anak saya, ingat itu !, dan satu lagi awas kalau kamu berani ngadu sama Brata ayah kamu si tua bangka itu !, saya gak segan-segan bikin penyakit jantung ayah kamu kambuh, ayo sayang kita berangkat” (Merangkul Asmara, lalu mengantarkan Asmara kesekolah, sedangkan Puspa langsung melaksanakan semua tugas dari ibu tirinya tersebut)

*********************

          Hari ini adalah hari dimana ayah kandung Puspa yang tak lain adalah pak Brata pulang ke rumahnya setelah satu minggu pergi ke Paris untuk mengurus bisnisnya.

Pak Brata   : “Assalamu’alaikum”
Puspa         : “Wa’alaikum salam, papah” (bersalaman lalu mencium tangan pak Brata)
Pak Brata   : “Kakak sama ibu kamu mana ?”
Puspa         : “Ada kok, mamah, kakak ayah datang” (Sedikit berteriak)

          Munculah bu Brata dengan Asmara berpakain lusuh dan compang-camping seperti layaknya seorang Pembantu.
Pak Brata   : “Ya ampun Mamah, Asmara kenapa kalian berpakain seperti itu ?
Bu Brata    : (Menagis) “Beginilah mas keadaan kami setiap kamu pergi, kami diperlakukan layaknya pembantu oleh anakmu, dan Puspa ma’af, ma’af banget mamah terpaksa harus berkata jujur atas semua perlakuan kamu selama ini, karena mamah sudah gak kuat sama oceh-ocehan dan perlakuan kasar kamu buat mamah dan Asmara selama papah pergi”
Pak Brata   : “Puspa apa benar itu” (Dengan nada tinggi)
Asmara      : (Mencubit kasar tangan Puspa) “Awas kalo kamu bilang mami bohong !, liat apa yang terjadi sama jantung papah kamu !”
Puspa         : (Hanya diam menunduk)
Pak Brata   : “Puspa Jawab Papah !” (Semakin marah)
Puspa         : (Masih diam menunduk)
Pak Brata   : “Oh, kalau kamu diam berarti itu semua benar keterlaluan kamu Puspa, kurang ajar” (PRAAAK, pak Brata menggampar pipi Puspa)
Puspa         : “Enggak pernah aku sangka papah berani gampar aku, papah jahat, papah enggak tau gimana kenyataannya” (Menangis, lalu bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kamarnya)
Pak Brata   : (Hendak mengejar Puspa)
Bu Brata    : (Menarik tangan pak Brata) “Papah mau kemana ?, biarkan dulu Puspa instropeksi dirinya !”
          Tiba-tiba Handpone Pak Brata berbunyi
Pak Brata   : (Meletakan handponenya di telinga) “Hallo selamat siang, ya saya sendiri, baik saya segera ke sana”
(Menekan tombol merah pada handponenya) “Papah harus segera ke kantor mah, nanti papah pasti pulang”
Asmara      : “Tunggu pah sebentar, Asmara meminta tandatangan papah untuk keperluan sekolah” (Memberikan selembar kertas pada pak Brata)
Pak Brata   : “Oh oke” (Mentandatangi kertas yang diberikan Asmara tanpa membacanya terlebih dahulu)
“Tapi ingat kalian harus segera ganti baju !” (Langsung pergi dengan sangat buru-buru)

            Sementara itu di kamarnya Puspa masih menagis, tiba-tiba saja dia mendapat telepon yang mengabarkan bahwa ayahnya kecelakaan dan tewas di tempat, seketika itu juga handpone yang di tangannya terjatuh dan air matanya semakin mengalir deras.
Puspa         : (Menagis terisak isak) Enggak........ gak gak mungkin papah meninggal gak mungkiiiiiiiiin ............... (Berteriak)
Bu Brata    : (Berjalan ke kamar Puspa) “Puspaaaaaaaa diam kenapa sih kamu teriak-teriak”
Puspa         : “Papah, mah papah kecelakaan dan........ dan tewas di tempat” (Menagis terisak-isak)
Bu Brata    : “Kamu mau coba-coba bohongin saya !”
Puspa         : “Enggak buat apa mah aku bohong ?”
Asmara      : “Biarlah mi si Brata tua bangka itu mati toh hartanya sudah kita dapatkan juga, ini mi tadi aku sebenarnya minta tandatangan Brata bukan untuk keperluan sekolah tapi untuk  surat penyerahan kekuasaan atas semua hartanya untuk kita”
Bu Brata    : (Tertawa lebar) “Wah mami tidak menyangka kamu sepintar ini, eh Putri urus Zenazah ayah kamu !” (Kembali tertawa lebar)
Puspa         : “Kalian jahat, tapi ingat 70 % harta papah masih hak ibu kandungku ini buktinya” (Memperlihatkan surat kuasa lalu meninggalkan Bu Brata dan Asmara)

Tujuh hari sudah berlalu, Pagi itu Asmara sengaja menemui seorang dukun agar bisa menyingkirkan Puspa lalu menguasai 70 % harta pak Brata yang masih menjadi hak ibu kandung Puspa.
Dukun        : “Kamu suruh saudara tiri kamu itu menghirup wangi Parfum bergambar bunga berduri di botolnya ini !, maka secara ajaib dia akan berubah menjadi sebatang bunga yang berduri” (Menyerahkan Parfum bergambar bunga berduri di botolnya)
Asmara     : “Yang benar mbah ?” (Sedikit ragu)
Dukun        : “Iya, coba saja !”
Asmara     : “Terimakasih mbah akan saya coba”
Dukun        : “Oke tapi jangan lupa transfer uang Rp 50.000.000,- ke ATM saya jika sudah keluar dari rungan ini”
Asmara     : “Baik mbah saya pamit” (Meninggalkan ruangan dukun)
Sore Harinya
ASmara    : “Hai Puspa kamu lagi apa ?”
Puspa        : “Lagi baca buku komik nih ka, ada apa ?”
Asmara     : “Coba deh kamu hirup bau parfum ini wangi gak” (Memberikan sebotol Parfum bergambar bunga berduri di botolnya pada Puspa)
Puspa        : “Mana coba sini aku cium” (Menerima Parfum bergambar bunga berduri di botolnya)

Tiba-tiba Bu Brata datang
Bu Brata   : “Eh ada Parfum saya mau coba” (Merebut Parfum bergambar bunga berduri di botolnya itu dari tangan Puspa)
Asmara     : “Mami jangan mi jangan !” (Berusaha melarang ibunya)
Bu Brata   : “Kamu apa-apaan sih ?, beraninya larang-larang mami (Langsung menghirup aroma Parfum bergambar bunga berduri di botolnya)
Asmara     : “Tapi mi ............” (Langsung terdiam)

Seketika itu juga bu Brata berteriak senyaring mungkin karena merasakan rasa panas yang luar biasa pada sekujur tubuhnya secara ajaib langsunglah bu Brata berubah menjadi sebatang bunga berduri yang tumbuh subur, karena tak sanggup melihat ibunya menjadi sebatang bunga berduri maka Asmara juga menghirup parfum bergambar bunga berduri di botolnya itu dan secara ajaib pula Asmara berubah menjadi sebatang bunga berduri yang tumbuh subur.
 Karena terinspirasi dari kejatahan-kejahatan yang dilakukan oleh bu brata dan Asmara Puspa menamakan bunga berduri itu “BUNGA MAWAR” tapi Puspa selalu merawat kedua batang bunga berduri itu dengan senang hati, sehingga bunga Mawar tersebut dapat berkembangbiak secara banyak dan besar sampai sekarang.
Seperti yang kita ketahui bunga mawar itu indah dan cantik namun seindah-indahnya bunga mawar tetap saja jahat karena sewaktu-waktu dia bisa menusukan durinya pada orang yang memetiknya agar dapat melindungi dirinya, sama halnya dengan sifat bu Brata dan Asmara yang sanggup melakukan apa saja agar dapat menguasai harta pak Brata.

~ S E L E S A I ~

Nah bagi anda yang perlu buat drama atau apalah silahkan COPAS, taapi izin diComent dulu ych :-)


dan jangan lupa juga follow twitter me @ks_rizcha :-)

#Thanks Before :-)