Sabtu, 30 November 2013

Ryan Jackoo




   Ryan Jackoo

Ryan Jackoo, MUNGKIN kebanyakan dari kalian nama ini sedikit asing, tapi bagi youtubevers (emang iya nama penggemar youtube itu youtubevers ???, sudahlah lupakan saja) dan twitter lovers (emang iya sebutan orang yang suka main twitter itu twitter lovers ???, sudahlah lupakan lagi) nama Ryanj Jackoo sangat familiar.
Ya dia adalah pemilik selogan
“ Pecahkan Saja Gelasnya Biar Ramai ” sekaligus salah satu dari 3 orang yang mencetuskan sebuah goyangan bernama #GoyangPakuBumi.
Gue awalnya mengenal dia secara gak sengaja di TimeLine twitter karena ada salah satu acc yang ngeretwett video di youtube yang berjudul
“Perahu Kertas (Maudy Ayunda Cover)”
“AdRyan Jackoo & Teguh Coobaint - Aku Jatuh Cinta Cover”
dan
“Adryan Jackoo, Teguh & Eja ~ Perahu Kertas (PUNK VERSION)”.
Gue semakin penasaran nieh sama nih video jadi ya udah Gue iseng-iseng azha download nieh ke tiga video ini pake aplikasi “FreeYouTubeDownload” dengan gratisan ?, yaiyalah gratis kan Gue pake jaringan WIFI di sekolah Gue.
Pas video-video itu Gue tonton Gue langsung jadi kaya orang yang terhipnotis sama kegantengan orang yang namanya Ryan Jackoo.
Gue berusaha lacak dan cari-cari nama twitter Ryan Jackoo, akhirnya Guepun menemukan apa yang Gue cari @AdryanJackoo itulah nama Acc Twitternya. Langsunglah Gue follow tuh account Reall punya Ryan Jackoo ini.
Beberapa hari setelah Gue follow Acc twitter itu, Gue iseng-iseng mentions ke dia kaya gini “Kira2 udah jam segini bang @adryanJackoo udah tidur belum yah ??? :-/". Tanpa diduga-duga ternyata mentions aku ini dibalaz, dengan kata seperti ini
“Sepertinya udah RT "ks_rizcha: Kira2 udah jam segini bang @adryanJackoo udah tidur belum yah ??? :-/" .
aku balez lagi tuh mentions
Hahaha ngelawak nieh abang udah tidur koq bisa twitteran sieh ??? :-p #Aneh"
lagi-lagi Tanpa diduga ternyata mentions aku ini dibalaz, dengan kata ini
Hahaha RT "@ks_rizcha: Hahaha ngelawak nieh abang udah tidur koq bisa twitteran sieh ??? :-p #Aneh"

Walaupun balasan mentions dari Ryan Jackoo relatif dengan kata-kata yang terkesan cuek dan singkat bagi Gue itu rasanya W.O.W membuatku merasa sangat senang dan bangga bangeeeeeeeeettttttttttzzzzzzzzzzz, makanya balasan-balasan itu langsung Gue simpan ke dalam daftar favorite di twitter Gue.
Awalnya Gue memang memanggil Ryan Jackoo dengan sebutan “Bang” tapi karena Gue ngerasa kurang terbiasa memanggil orang dengan sebutan “Bang” akhirnya Gue merubah sebutan untuk Ryan jackoo itu dengan sebutan “Ka” maklumlah mungkin karena Gue tinggal di daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan Kali yah ?, sehingga bagi Gue memanggil orang dengan sebutan “Bang” itu terasa ganjal dan sangat sulit untuk dibiasakan.
Mulai saat itulah Gue mulai sangat amat menyukai orang yang bernama Ryan Jackoo ini, sampai-sampai aku pernah mamakai fhotonya sebagai fhoto profil buat di akun Facebook pribadi milik Gue, dan fhoto akun gmail Gue inipun menggunakan fhoto Ryan Jackoo. Dan Gue dulu pernah sering banget tiap malam ngetwitt kaya gini
“#SaatnyaMenyapa metz malam ka @AdryanJackoo selamat beristirahat dimalam (Tulis nama esok Hari) ini, semoga semua kegitan hari ini bermanfaat :-)”
atau kalo Gue udah terlanjur ketiduran Gue suka kirim mentions ke Ryan Jackoo pas pagi-pagi waktu udah sampe di sekolah kaya gini
“#MaafNgespam metz pagi ka @Adryanjackoo awali hari dengan Senyum semangat, dan selamat beraktivitas d’hari (Tulis nama hari ini) ini semoga hari ini berkah dan menyenangkan :-)”
dengan harapan mentions Gue ini dibalas, tapi sayang mentions Gue ini gak pernah dibalas sama Ryan Jackoo, Gue sih mencoba positive tinking dan paham mungkin azha kali mentions Gue tenggelam sama mentions fans-fansnya yang lain dan gak kebaca sama Ryan Jackoo. Maklumlah kan fans Ryan Jackoo ini di twitter banyak bangeeeeeeeeeetttttttzzzzzzzz.
Sejujurnya sampai artikel ini Gue share Gue berharap Ryan Jackoo mau balas mentions Gue, bahkan Gue berharap dapat follback dari orang yang sangatttttzzzzzzzzzz aku kagumi ini, tapi sayang itu hanyalah keinginan dan hayalan yang sepertinya tidak akan pernah terwujudkan. Karena aku tau fans Ryan Jackoo bukan hanyalah aku seorang saja, Ryan Jackoo sangat banyak mempunya #catwoment kesayangannya, yang MUNGKIN AKU BUKANLAH SALAH SATUNYA #VerySadAndCry



Inilah beberapa mentions Gue yang pernah dibalas sama ka Ryan Jackoo dan tersimpan dalam daftar favorite di twitter Gue
Nur Rizcha K S @ks_rizcha                           
Hahaha RT "@ks_rizcha: Hahaha ngelawak nieh abang udah tidur koq bisa twitteran sieh ??? :-p #Aneh"@adryanJackoo: Sepertinya udah (more)
Lumayan de lol RT@ks_rizcha @adryanJackoo bang com dong bagus gak editan fhoto aQ ini, aQ cmn minta coment aj gk minta follback pic.twitter.com/U2kFaIG8IZ
Jangan ntr hp kamu rusak RT"@ks_rizcha: @adryanJackoo wah avanya keren bangetttzzz bang, boleh dong aku save ??? hehehe :-D"
Lumayan RT "@ks_rizcha: Gimana ka @adryanJackoo @r_jackoo keliatan gak palsunya ??? #ComentYah Hehehe :-D pic.twitter.com/1yomKv6GQO"
Iya de "@ks_rizcha: #SaatnyaMenyapa met malam ka @adryanJackoo @r_jackoo selamat beristirahat d'malam senin ini semoga semua kegiatan hari

Nasofaring Kuatkan Cinta Dan Kesetiaanku




 Nasofaring Kuatkan Cinta Dan KesetiaanKu

By : Riz Jackoo                                      
(@ks_rizcha)

Sang raja siang semakin menguasai bumi dengan sinarnya, namun itu tidak merusak hari paling membahagiakan bagi ku sekarang. Aku seorang gadis yang akrab disapa Puspa kini telah resmi menjadi isteri dari seorang laki-laki bernama Rafael. Memang pesta pernikahan kami tidak terlalu mewah tetapi tetap saja peristiwa hari ini akan menjadi peristiwa paling indah dan berkesan yang tak akan pernah terlupakan oleh ku.
Beberapa tahun kini telah berlalu kebahagiaanku semakin lengkap saja karena ku telah dikaruniai anak. Karirkupun semakin membaik, saat ini ku telah menjadi seorang guru di sebuah Sekolah menengah Atas yang cukup ternama.
Waktu sudah menunjukan tepat pukul 14 : 00 Waktu untuk daerah Banjarmasin dan sekitarnya, itu pertanda bahwa tugasku untuk mengajar anak didikku telah berakhir dan ini waktunya untuk aku kembali pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ku disambut suami tercintaku dengan filek dan bersin-bersin
“ya ampun papah filek sama bersinnya ko udah berhari-hari gak sembuh juga sih ?” Tanya ku panik
“Iya nih ha. . . ha. . . hasssyimmmmm akhir-akhir ini kepala papah juga pusing terus ha. . . hasyimmmmmm” Jawab Rafael sambil terbersin-bersin sampai mengeluarkan cairan sangat kental berwarna putih dari hidungnya.
Wajahkupun semakin panik saja melihat keadaan Rafael saat ini, sepertinya Rafael menyadari tentang kepanikan yang tergambar di wajahku sehingga dia berkata
“Mamah gak usah khawatir hasyimmmmm ini palingan cuman flu biasa aja ha. . . ha. . . hasyimmmmmm minum obat yang dijual di warungan juga udah sembuh”
“Ya sudah biar mamah beliin obatnya dulu” Jawabku seraya pergi ke sebuah warung di dekat rumahku untuk membeli obat yang biasa diminum suamiku.
Seminggu sudah berlalu pusing, filek, serta bersin yang diderita Rafael masih saja berkelanjutan bahkan tadi kulihat Rafael bersin sampai mengeluarkan darah dari hidungnya. Tentu saja hal ini membuatku semakin khawatir, akupun berinisiatif untuk mengajak Rafael periksa ke dokter yang ada di Rumah Sakit Umum Banjarbaru.
Beberapa hari setelah periksa keadaan Rafael terlihat semakin parah saja, pada lehernya terjadi pembengkakan setiap satu minggunya semakin membesar dan membesar saja bengkak itu. Saat Rafael kembali ku bawa periksa hanya satu saran dokter yaitu dengan jalan operasi.
Penyakit yang diderita Rafael semakin hari sepertinya semakin parah saja, bahkan kini penyakit itu telah menular pada mata sebelah kanan Rafael. Kornea mata Rafaelpun sudah tidak bisa digerakan lagi seperti orang normal, pandangan penglihatanya pada sebuah bendapun akan menjadi terlihat dua.
Aku paham betul dengan keadaan kornea mata Rafael yang tidak berfungsi secara baik ini akan berefek kepada semakin pusing pada kepalanya, maka mata sebelah kanan Rafaelpun ditutup dengan perban.
Satu bulan kemudian akupun segera membawa Rafael ke dokter ahli mata yang berada di kota Banjarmasin, setelah dokter melihat keadaan mata Rafael. Dokterpun mengatakan bahwa sebenarnya penyakit yang diderita Rafael bukanlah penyakit mata melainkan hanya akibat dari penyakit yang diderita Rafael saat ini sehingga dokter ahli mata tidak dapat menyembuhkannya.
Dokter ahli mata yang ku temui menyuruhku untuk membawa Rafael ke dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Malam itu juga aku segera melunncur membawa Rafael menuju kimiafarma Banjarbaru, akupun bertemu dengan seorang dokter yang berusia cukup tua bernama dokter Jackoo.
Akupun membayar sejumlah uang dan konsultasi dengan dokter Jackoo, setelah memeriksa kondisi hidung Rafael menggunakan alatnya dokter Jackoo menyarankan untuk Rafael operasi kecil yaitu pengangkatan jaraingan lunak hidung. Ku lihat di luar ruangan dokter Jackoo terlihat banyak orang yang menunggu. Ku memahami itu karena dokter Jackoo adalah dokter praktek.
Akhirnya operasi kecil tersebut langsung dilaksanakan malam itu juga, untuk mengantisipasi pendarahan yang keluar dari hidung Rafael dokter Jackoopun memasang tanpon. Setelah ku keluar dari ruangan tersebut akupun langsung membayar Rp 2.000.000,- untuk biayanya
“Ibu boleh kembali lagi ke sini setelah satu minggu untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari penyakit yang diidap suami ibu” Ucap dokter Jackoo pasti
“Baik dok terimakasih sebelumnya” Jawabku langsung membawa pulang Rafael. Karena ku mengetahui jika tanpon di hidung Rafael dilepas maka pendarahan di hidung Rafael akan terjadi, maka selama berada di rumah tanpon itu tidak pernah dilepas.
Setelah satu minggu kemudian aku bersama Rafael kembali ke tempat praktek dokter Jackoo ternyata hasil pemeriksaan dari penyakit Rafael adalah ada jaringan penyakit kanker yang terdeteksi, dan cara pengobatannya adalah dengan disuntik
“Biaya untuk satu kali suntik berapa dok ?” Tanyaku
“Tiga Juta Rupiah bu per suntiknya” Jawab dokter Jackoo
“Berapa kali suntikan yah agar suami ini saya bisa sembuh ?” Untuk kedua kalinya aku bertanya, batinku berharap agar satu kali suntikan Rafael sudah bisa sembuh. Karena ku menyadari gajiku sebagai guru tak akan bisa mencukupi untuk suntikan relatif banyak
“Ma’af bu, untuk banyaknya suntikan saya tidak bisa menentukan berapa kali” Jawab dokter Jackoo
“Kalo anda perkirakan sebagai berapa kali ?” Ku mendesak dokter morgan dengan pertanyaan ku
“Kira-kira sih lima kali lebih bu” Jawab dokter Jackoo
“Bagaimana bu ?, apa ibu berminat ?, kalau ibu berminat saya bersedia menjemput ibu untuk mengantar ke rumah sakit Paramita” Sambung dokter Jackoo memberikan penawaraan sembari menyebut salah satu nama Rumah Sakit Umum.
Mengingat besarnya biaya yang akan ku keluarkan untuk suntikan tersebut akupun berpikir panjang dan berdiskusi dengan semua keluargaku beserta keluarga Rafael. Akhirnya satu keputusanpun jadi kesepakatan yaitu aku akan menggunakan kartu jaminan kesehatan berupa kartu ASKES untuk membiayai pengobatan Rafael.
Karena menggunakan kartu ASKES ini aku harus mendapat surat rujukan ke Rumah Sakit Ulin yang terletak di kota Banjarmasin. Selagi dalam proses pengurusan surat rujukan ke Rumah Sakit Ulin tampon yang berda di hidung Rafael dilepas, spontan hal ini membuatku ketakutan karena dengan otomatis tanpon itu tidak dapat menahan pendarahan di hidung Rafael. Saat Rafael bersin langsunglah darah segar muncrat dari hidung Rafael.
Darah segar itu terus menerus mengucur dari hidung Rafael melebihi dari orang yang mimisan karena darah itu mengucur dengan cukup deras, akupun berusaha menampung darah segar itu menggunakan sebuah baskom ukuran canggung. Setiap kali baskom itu penuh dengan darah segar yang mengalir dari hidung Rafael darah itu ku buang ke bawah jendela rumahku. Darah itu tetap saja mengucur tiada henti dari hidung Rafael.
Akupun semakin panik saja melihat setiap darah yang menucur cukup deras dari hidung Rafael, dalam keadaan panik inipun aku segera menghubungi adik-adik dan kakak ku. Sialnya mereka tidak ada satupun yang mau mengangkat telepon dariku, akupun semakin panik saja melihat keadaan suamiku yang terus menerus mengeluarkan darah dari hidungnya.
Akup jadi lebih aku benar-benar takut kehilangan Rafael karena logikanya setiap orang yang banyak kehilangan darah pasti akan merenggang nyawa. Air mataku perlahan mulai menetes karena saat ini aku hanya berdua dengan Rafael saja di rumah, tetap saja semua adik-adik dan kakak-kakak ku tidak ada yang mengangkat teleponku. Sementara cuaca saat ini diluar rumahku sedang gerimis.
Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon keponakan ku dan alhamdullillah dia mengangkat teleponku, dengan cepat ku ceritakan semua tentang keadaan Rafael. Setelah mendengar semua ceritaku tentang keadaan Rafael dengan secepat kilat keponakanku segera datang ke rumahku dengan mobilnya.
Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Martapura darah segar dari hidung Rafael terus saja mengucur, aku hanya bisa menguatkan hati untuk menampung darah itu ke dalam baskom. Setiap kali baskom penuh dengan darah ku buang darah itu ke jalanan yang cukup sepi, begitu terus berulang-ulang hingga kami sampai di Rumah Sakit yang dituju
“Mba suaminya abis kecelakaan dimana darahnya sampe banyak banget kaya gitu ?” Tanya seseorang yang melihat keadaan Rafael
“Ma’af mba suami saya bukan abis tabrakan” Jawabku memperlihatkan senyum lebar di bibir
“Oh ma’af mba” Jawab orang itu tersipu malu sembari meninggalkanku.
Dengan menggunakan kartu ASKES itu Rafaelpun langsung ditangi oleh dokter jaga, kembali hidung Rafael ditanpon untuk menghentikan pendarahan dari hidung Rafael. sedangkan aku disuruh oleh dokter jaga tersebut untuk menebus obat yang tertera di kertas resep.
Dokter di Rumah Sakit Martapura tersebut mengajukan rujukan untuk Rafael ke Rumah Sakit Ulin, dengan mobil ambulance sore itu juga Rafael langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ulin. Sementara keponakanku mengiringi menggunakan mobilnya dari belakang, dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Ulin tanpon penahan pendarahan di hidung Rafael kembali lepas dan tak dapat menahan darah yang mengucur dari hidung Rafael, aku tetap memegang baskom untuk menampung darah segar tersebut.
Mobil ambulance yang kami tumpangi sempat terjebak macet, sedangkan darah di hidung Rafael terus saja mengucur dengan cukup deras. Tidak lama kemudian kamipun sampai di Rumah sakit Ulin, ternyata keponakanku sudah duluan sampai. Begitu juga semua keluarga dari pihak ku dan pihak Rafael sudah menunggu di Rumah Sakit tersebut, mungkin karena keponakanku  sudah mengabari semua keluarga.
Mungkin karena kami membawa surat rujukan ASKES tersebut jadi dengan cepat Rafael langsung dilarikan ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dan tangani oleh dokter, kembali lagi hidung Rafael ditanpon hingga pendarahan di hidung Rafael berhenti. Rafaelpun sudah mulai tenang
“Jadi begini bu, sebenarnya suami ibu ini mengalami pendarahan yang cukup banyak, tapi syukur karena jantungnya sangat kuat jadi suami ibu dapat bertahan sampai sekarang” Ucap dokter setelah selesai mengangani Rafael
“Alhamdullillah ya Allah” Aku memanjatkan rasa syukur dengan tulus.
Rafael akhirnya dipindahkan ke kamar rawat. Di kamar rawat ini paseannya adalah khusus untuk orang-orang yang menjadi pasean THT semua, kebetulan letak rumah mertuaku tidak terlalu jauh dari Rumah Sakit Ulin maka aku tidak pulang ke rumahku. Sedangkan anak-anakku ku titipkan dengan neneknya yang tak lain adalah ibuku.
Selama kurang lebih enam bulan aku tidak pulang melainkan berada di Rumah Sakit untuk menemani dan menjaga Rafael, surat keterangan yang pernah ku terima dari dokter Jackoo tidak terpakai. Dengan sedikit terpaksa Rafael cek ulang lagi dari awal.
Rafael kembali menerima operaasi kecil pengangkatan jaringan lunak di hidungnya, jaringaan lunak itu harus diantar ke Surabaya untuk dicek di laboratorium. Aku dan Rafaelpun harus menunggu hasilnya sealam tiga minggu.
Kamipun pulang, setelah tiga minggu kemudian aku mengambil hasil laboratorium penyakit Rafael
“Ternyata pak Rafael positif mengidap penyakit kanker Nasofaring bu, yang merupakan kanker spernafasan” Ucap dokter yang menangani Rafael memberitahukan hasil labotoriumnya
“Cara penyembuhannya bagaimana dok ?” Tanyaku
“Begini bu, kami memberikan pilihan kepada ibu dan seluruh keluarga untuk menjalankan kemotrapi atau tidak” Jawab dokter
“Dok apakah ada jalan lain selain kemotrapi ?” Tanyaku polos
“Tidak ada bu, memang jalan satu-satunya adalah dengan kemotrapi” Jawab dokter
“Tapi bu untuk menjaga kondisi ketenangan jiwa pak Rafael, kami tim dokter minta tolong agar ibu jangan memberitahu pak Rafael tentang penyakit yang dideritanya saat ini” Sambung sang dokter
“Baiklah dok, saya akan merahasiakan ini dari Rafael” Jawabku.
Dengan berjalannya terus waktu, pada saat aku konsultasi bersama Rafael kepada dokter itu tidak ada lagi yang ditutup-tutupi dari Rafael, semuanya dibuka di depan Rafael dan Rafael telah menngetaahui penyakit apa yang diidapnya saat ini. Semua hasil sitiskenpun diperlihatkan secara langsung pada Rafael.
 Namun untuk memberikan semangat hidup pada Rafael dokter mewajibkan tidak ada satu orang keluargapun yang boleh terlihat bersedih ataupun menangis di depan Rafael termasuk aku, pokoknya kami sekeluarga harus mengembirakan Rafael. Sungguh ini sangat menyiksa batinku karena aku harus bersandiwara di depan Rafael, ya aku harus berpura-pura ceria di hadapan Rafael yang menderita menahan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya.
Ketika ku merasa sedih dan ingin meneteskan air mata aku harus pergi dari hadapan Rafael, bahkan aku harus ke luar kamar rawat Rafael untuk menumpah ruahkan air mataku. Sungguh ini benar benar membuatku sangat merasakan hati yang teramat sakit karena ku harus menumpah ruahkan air mataku sendiri tak ada satu orangpun yang mengetahui kesedihanku.
Setelah ku periksakan kembali ternyata kini kanker Rafael telah menjalar sampai ke syaraf otak Rafael, sehingga mengganggu kepada penglihataan Rafael. Ku teringat akan tawaran dokter tentang kemotrapi
“Dok kalau boleh tau kemotrapi itu gimana yah rasanya ?” Tanyaku polos
“Ma’af saya harus mengatakan ini, kemotrapi itu rasanya lebih sakit daripada rasa sakit yang sekarang dirasakan oleh pak Rafael” Jawab dokter dengan jujur apa adanya
“Apakah ada efek samping daari kemotrapi dok ?” Tanyaku lagi
“Tentu saja, yang pastinya efek baiknya kemotrapi ini akan mematikan sel-sel kanker yang ada di dalam tubah, dan efek buruknya syaraf-syaraf, sel-sel, dan jaringan-jaringan yang ada dalam tubuh orang yang dikemotrapi ini termasuk jaringan gigi yang tadinya juga akan ikut mati” Dokter menjelaskan panjang lebar
“Jika jaringan gigi mati apa yang terjadi dok ?” Ku kembali bertanya
“Maka gigi-gigi yang tumbuh satu per satu akan patah” Jawab dokter.
Awalnya Rafael tidak mau dikemotrapi, Rafael hanya ingin pasrah saja
“Sudahlah mah papah siap dengan kematian yang akan menjemput papah akibat penyakit ini mah” Ucap Rafael dengan tatapan mata kosong
“Tapi pah gak ada salahnya kan kita coba dulu, pasrah itu buakan jalan terbaik pah” Protes ku
“Pikir mah toh ujung-ujungnya papah akan mati juga kan ?, lalu buat apa papah harus menderita rasa yang lebih sakit dan mamah membuang uang yang banyak hanya untuk kemotrapi ?” Tanya Rafael mulai dengan nada yang cukup tinggi
“Gak pah gak !, papah gak boleh ngomong gitu lagian kan kita pakai surat ASKES juga” Aku bersi keras
“Papah bilang gak mau ya ga mau ! serahkan saja semuanya pada tuhan yang maha segalanya !” Jawab Rafael lebih bersi keras dariku.
Aku hanya bisa terdiam menghadapi kekerasan hati suami tercintaku ini, keadaan Rafael ini tentu saja membuat dirinya sendiri drop. Tubuh Rafaelpun kini semakin mengurus saja, semua keluargaku termasuk aku tetap saja tidak ada yang dapat membujuk Rafael untuk melaksanakan kemotrapi.
Karena Rafael tidak mau kemotrapi aku berusaha mencari pengobatan alternatif. Hampir semua di daerah Kalimantan Selatan ku datangi hanya untuk mencaari pengobatan alternatif untuk Rafael. Tapi tetap saja hasilnya nihil, Rafael tak kunjung sembuh juga. Tak pernahku mengeluh lelah menemani dan merawat Rafael, gagalnya pengobatan Alternatif membuatku sedikit putus asa dan nyaris menyerah. Akhirnya aku berinisiatif membawa Rafael ke rumah orangtuanya, setelah satu minggu menginap di rumah orangtua Rafael dan mendapat bujukan dan di berikan semangat oleh seluruh keluarganya akhirnya Rafael mau dikemotrapi.
Sebelum Rafael kemotrapi dan untuk menghindari pembusukan yang terjadi pada gigi Rafael maka Rafael harus periksa gigi dahulu, setelah diperiksa ada empat gigi Rafael yang diperkirakan akan mati jaringannya maka keempat gigi itu harus dicabut terlebih dahulu.
Hari ini Rafael mulai menjalani kemotrapinya yang pertama kali, seandaainya saja aku menggunakan uang ku sendiri mungkin saja biaya yang ku keluarkan sangatlah banyak karena harga obat kemotrapi itu paling murah adalah Rp 1.500.000,- per butirnya walaupun bentuknya saangatlah kecil. Tapi aku merasa sangat bersyukur karena aku menggunakan kartu jaminan kesehatan berupa kartu ASKES jadi semuanya gratis tidak ada bayar apapun.
Enam kali sudah Rafael menjalani kemotrapi, jarak antar kemotrapi itu adalah tiga minggu sekali, efek buruk dari kemotrapipun mulai dirasakan oleh Rafael. Jaringan-jaringan di tubuhnyapun mulai mati termasuk jaringan prasa dilidahnya. Kini Rafael tidak dapat merasakan apapun.
Rafaelpun tidak mau makan apa-apa, Makanan dan minuman Rafael hanyalah susu saja layaknya seorang bayi. Susu itupun disediakan oleh pihak Rumah Sakit.
“Tenang bu masih ada dua kali kemotrapi saja” Ucap dokter yang memeriksa keadaan Rafael
“Iya dok terimakasih” Jawab ku.
Dokter yang menangani Rafael aadalah dokter cantik yang cukup muda dan baik hati serta ramah terhadap paseannya, bahkan dokter ini hafal nama semua paseannya. Setiap kali dia meriksa paseannya pasti disapanya dengan lembut, begitu juga perlakuannya terhadap Rafael. Di Rumah Sakit ini memang ada empat dokter spesialis kanker, tapi hanya dua orang dokter baik dan ramah saja yang disenangi Rafael. Pokoknya Rafael tak mau diperiksa selain dokter cantik yang baik dan ramah itu atau dokter baik dan ramah yang satunya lagi. Namun tak ada sedikitpun rasa cemburu di hatiku terhadap dokter cantik itu karena aku yakin dokter cantik itu orangnya memang benar-benar tulus.
Untung saja rumah mertuaku dekat dengan Rumah Sakit sehingga tidak sulit untukku pulang sesaat ke rumah mertuaku, karena pada saat kemotrapi ke tiga Rafael sudah bisa berjalan lagi maka setiap kali ku menemani Rafael menjalankan kemotrapi kami pulang pergi dari Rumah Sakit ke rumah mertuaku, waktu kemotrapipun terkaadang tidak teratur bahkan pernah ku menemani Rafael kemotrapi sampai jam 24 : 00 Waktu untuk daerah Banjarmasin dan sekitarnya.
Kemotrapi selanjutnya memberikan dampak lebih besar lagi, ku lihat Rafael sepertinya tidak tahan. Karena setiap kali selesai kemotrapi tubuh Rafael drop sampai tidak bisa bangun, badannya semakin kurus saja.
Aku sudah terbiasa bolak balik Rumah Sakit sampai-sampai warung yang berada di dekat Rumah Sakit itu mengenal baik siapa aku, karena menjadi langganan aku maka setiap pagi dan sore.
Saat ku membelai rambut Rafael rambut itu rontok, semakin hari semakin banyak saja rambut Rafael yang rontok. Dan akhirnya rambut Rafaelpun habis lalu gundul. Selain efek kemotrapi ada juga efek dari penyinaran, yang menyebabkan wajah Rafael menjadi warna hitam pekat tapi sebelum disinar diberi salep dulu sehingga efek ini tidak terlalu berpengaruh.
Akan tetapi ku mulai kembali bersyukur karena kedaan Rafael berangsur-angsur membaik, mata Rafaelpun jadi normal kembali rambut Rafaelpun kemabali tumbuh lagi bahkan lebih hitam dari sebelumnya.
Setelah itu aku dan Rafael tidak pernah datang lagi ke Rumah Sakit, sebenarnya harus ada satu tes lagi yang harus kami lihat. Namun karena ketakutan hatiku dan hati Rafael akan gagalnya kemotrapi yang dijalani Rafael dan Rafael harus kembali menjalani kemotrapi maka kami memutuskan untuk tidak melihat hasil tes terakhir itu.
Sesungguhnya ku mengalami dilema yang cukup besar karena di satu sisi hatiku takut melihat hasil tes akhir Rafael itu dan di sisi lain hatiku penasaran ingin melihat tes akhir tentang penyakit Rafael itu. Beberapa hari kemudian untuk menjawab rasa penasaranku terhadap hasil tes tersebut akupun memutuskan untuk melihat dan mengambilnya.
Rasa syukur yang sangat besaar ku paanjatkan karena ternyata hasilnya adalah Rafael dinyatakan bersih dari sel kanker
“Bu Puspa ini adalah kanker yang pernah bersarang di tubuh pak Rafael” Ucap dokter memperlihatkan sebuah benda asing dalam botol padaku
“Lalu kenapa dok ?” Tanyaku bingung
“Apakah ibu ingin membawanya pulang ?” Tanya sang dokter
“Gak ! aku gak mau, aku gak mau lihat benda biadab yang hampir membunuh Rafael suami ku” Jerit batinku sehingga ku melamun
“Ma’af ibu tidak papa ?, sekali lagi saya bertanya apakah ibu mau membawa kanker ini pulang ?” Tanya dokter membuyarkan lamunanku
“Oh tidak dok terimakasih” Jawabku spontan.
Akupun pulang dengan penuh kebahagiaan karena aku tau Rafael sang suami tercintaku susah bersih dari penyakit kankernya sampai saat ini. Apalagi ku lihat penderita kanker orang lain yang lebih parah dari Rafael, sampai ada mahasiswa yang meninggal dunia karena menderita penyakit kanker yang sama persis dengan kanker yang pernah di derita oleh Rafael. Kebahagiaanku kini telah kembali lagi.

~*~ Selesai ~*~
Jangan Lupa Comment yah readers dan jangan lupa follow twitter ku yah @ks_rizcha :-)
#thanksBefaore