Jumat, 05 September 2014

GGS



GGS     
(Gara Gara Sakit)
Cepen By : Riz Jacko
(@ks_rizcha)


WARNING ! ! !
Cerita ini hanyalah fiktif belaka
yang bersumber dari hayalan Gue
sebagai penulis saja.
Apabila terdapat kejadian aneh/
tidak mungkin terjadi harap di-
anggap wajar saja (Namanya juga
khayalan/imajinasi Gue).
Dan untuk orang yang namanya
Gue pake, Gue cuman bisa
minta ma’af kalo ada konflik
yang membuat kalian tidak suka,
atau ada sesuatu yang tidak sesuai
dengan karakter dan kehidupan nyata
yang kalian jalani (Namanya juga
khayalan/Imajinasi Gue)


Derai hujan basahi bumi, petirpun bersahut-sahutan. Begitulah gambaran cuaca di daerah Banjarmasin dan sekitarnya pada jum’at pagi, cuaca ini memang terasa sangat mencekam tapi tidak mengurangi keseruan anak-anak remaja dalam sebuah Sekolah Menengah Atas karena mereka tengah merayakan pesta kelulusan.
Sementara itu terlihat jelas sepasang sejoli sedang duduk berdua di sebuah anak tangga dekat koridor sekolah tersebut, ya dia adalah Putra dan Asmara. Baju mereka terlihat penuh dengan coret-coretan karena memang mereka berdua juga terlibat dalam pesta kelulusan itu
“Ada apa sih say koq kamu ngajak aku ngomong berdua di sini ?” Tanya Putra penasaran.
Asmara tak langsung menjawab, dia hanya menundukan kepalanya setelah itu langsung menghela nafasnya panjang
“Say koq pertanyaan aku gak dijawab ?” Putra kembali bertanya
“Aku mau kita putus” Jawab Asmara pelan
“Putus ?” Pekik Putra tak percaya
“Hahaha kamu pasti becanda kan say ? basi tau becandaan kamu” Lanjut Putra tertawa lebar
“Gak ! aku gak becanda ! aku serius” Asmara menjawab sembari berdiri dari duduknya
“Kenapa kamu minta putus secara mendadak gini sih say ? kenapa harus tepat di hari kelulusan kita ? apa salah aku ?” Pertanyaan bertubi-tubi itu terlontar dari bibir Putra
“Kamu pikir aku gak tau kalo orangtua kamu udah bangkrut ?” Asmara balik bertanya
“Oke oke aku akui aku emang salah karena gak jujur sama kamu tentang keadaan keluarga aku saat ini, tapi aku gak bermaksud bohong sama kamu say. Waktunya aja yang belum tepat jadi aku mohon tolong kita bicaraain ini baik-baik karena aku gak mau putus sama kamu” Mohon Putra, tangannya menahan tangan Asmara yang membelakanginya
“Aku minta putus bukan karena kamu menutupi keadaan keluarga kamu saat ini, tapi karena aku gak mau punya cowok yang kere alias miskin. Karena kalo aku punya pacar miskin pasti aku gak bisa lagi jalan-jalan sambil belanja sepuas-sepuasnya” Jawab Asmara tanpa menoleh ke arah Putra
“Alah sudahlah pokoknya kita putus” Sambung Asmara ketus seraya menepiskan tangan Putra dengan kasar lalu melangkah meninggalkan Putra.
Langkah Asmara semakin jauh saja, Putra tak mampu lagi untuk menahan kepergian gadis yang dicintainya itu, dia hanya dapat memandang dari kejauhan langkah orang yang kini telah menjadi mantan kekasihnya itu
“Arrrggghhh sial ! seumur hidup baru kali ini Gue diputusin cewek secara gak terhormat gini” Teriak Putra, kakinya menendang keranjang sampah plastik di dekat kaki kanannya
“Wiiiuuuh sabar bro, tuh muka kenapa koq kaya gak disetrika gitu ?” Terdengar suara seseorang dari arah atas tangga tepat di saat sampah-sampah kertas yang tadinya di dalam keranjang sampah telah membaur ke sembarang arah
“Ardy ? sejak kapan Lo di sana ?” Tanya Putra setengah kaget, ya Ardy adalah sahabat Putra sejak kelas X.
Mendengar pertanyaan sahabatnya, Ardy tersenyum kecil sembari melangkahkan kakinya mendekati Putra
“Bro Lo ini emang sahabat Gue paling aneh yah” Ucap Ardy masih tersenyum kecil, tangannya menyentuh pundak Putra
“Masa Gue tanya sama Lo, eh Lonya malah tanya balik sama Gue” Lanjut Ardy
“Emang Lo tadi tanya apa’an ?” Putra bertanya sambil memasang wajah bingungnya
“Gue tanya, muka Lo kenapa ? koq kusut kaya gak disetrika gitu ?” Ardy mengulang pertanyaannya
“Eh bro hari ini hari kelulusan kita, harusnya kita happy dan enjoy dong” Sambung Ardy
“Gimana Gue mau happy ? orang Gue baru putus sama Asmara” Jawab Putra
“Lo putus ? koq bisa ?” Spontan Ardy kaget
“Ya jadi gini ceritanya” Jawab Putra langsung menceritakan semuanya tanpa melewatkan satu kejadianpun.
Ardy mengangguk pelan setelah mendengar semua cerita Putra
“Respon Lo koq ngangguk doang sih abis dengar cerita panjang lebar Gue ?” Sungut Putra
“Itu tandanya Gue ngerti sama cerita Lo bro” Jawab Ardy
“Terus ?” Tanya Putra singkat
“Kasian banget yah bro nasib Lo udah kaya permen karet aja”  Celetuk Ardy
“Permen karet ?” Putra heran
“Iya, permen karet kan pas udah abis manisnya langsung dibuang gitu aja” Jawab Ardy santai
“Lo ngomong bertele-tele banget, coba jelasin sama Gue maksud Lo apa sih ? Gue gak ngerti” Putra semakin heran, karena memang sama sekali tak mengerti arti pembicaraan Ardy
“Aduh Gue punya sahabat koq gini-gini amat sih ? untung aja yah Lo itu lulus” Sindir Ardy menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal
“Putra, Lo nyadar gak sih ? kalo selama ini Asmara cuman cinta sama uang Lo doang, buktinya setelah dia tau ortu Lo bangkrut dan Lo gak punya uang sebanyak dulu lagi dia langsung main mutusin Lo gitu aja” Sambung Ardy menjelaskan maksudnya
“Jadi maksud Lo Asmara matre ?” Putra mengambil kesimpulan dari penjelasan Ardy
“Nah itu Lo ngerti” Jawab Ardy
“Hati-hati yah Lo kalo ngomong ! Asmara itu cewek yang Gue cinta” Ucap Putra setengah memebentak
“Woles bro, tapi Gue bicara fakta. Pikirin baik-baik deh kata-kata logika Gue tadi !” Jawab Ardy.
Seketika itu juga suasana langsung berubah jadi hening karena Putra dan Ardy sama-sama membisu
“Udahlah bro, ngomongin cinta gak ada selesainya mending kita lanjut rayakan kelulusan hari ini” Ardy memecah keheningan sambil langsung menarik tangan sahabatnya itu ke gerombolan remaja laki-laki di tengah lanpangan basket sekolah.
Siang telah berganti malam, Putra telah melayang dalam alam mimpi indahnya
“Kukuruyuuuuukkkkk” Terdengar suara merdu ayam jantan membangunkan semua orang yang terlelap dalam tidurnya. Pagi itu Putra sudah berada dalam mobil pribadi miliknya yang menuju sebuah kampus cukup ternama yang akan menjadi tempatnya kuliah.
Tidak sampai satu jam Putra telah sampai di tempat tujuannya
“Hey bro Lo kuliah di sini juga ?” Sapa Ardy pada saat Putra baru turun dari mobilnya
“Yo’i bro” Jawab Putra singkat
“Waah berarti kita emang ditakdirkan bersama dong bro” Ardy terlihat sangat bersemangat
“Iya dong, kita kan best friend” Ucap Putra tersenyum kecil langsung merangkul Ardy dan melangkah beriringan menuju mading kampus.
Belum sampai mereka di depan mading kampus tiba-tiba mata Putra tanpa sengaja melihat Asmara yang tengah berjalan santai dengan pinggul yang dirangkul oleh seorang laki-laki berambut cepak
“Udahlah bro, buat apa coba Lo mandang mereka segitunya ? coba liat Asmara aja udah punya pengganti Lo. Masa Lo masih belum bisa move on juga sih ?” Bisik Ardy
“Lo pikir move on gampang ? gak bro, liat cewek yang dicintai itu gandengan sama cowok lain rasanya tuh sakit dan sakitnya tuh di sini bro” Jawab Putra menunjuk dadanya sendiri
“Alah lebay Lo, nah gini aja Gue punya tantangan buat Lo. Hmmmm tapi kira-kira Lo berani gak lakuin tantangan Gue ini ?” Tawar Ardy
“Emang tantangannya apaan ? dan apa imbalannya kalo Gue berani lakuin ?” Putra penasaran dengan apa tantangan yang akan diberikan Ardy padanya
“Sebenernya sih tantangan dari Gue gampang, Lo tinggal samperin mereka” Jawab Ardy
“Yang bener aja ? ngapain Gue nyamperin mereka” Sambar Putra
“Ish Lo main potong omongan Gue aja” Kesal Ardy
“Awas Lo potong lagi !” Lanjut Ardy mengancam sahabatnya tersebut
“Gue gak ada maksud motong omongan Lo, Gue cuman tanya ngapain Gue samperin mereka” Jawab Putra
“Lo samperin mereka lalu ucapin selamat buat Asmara karena udah punya pacar baru gimana berani gak Lo ? Gue sih yakin pasti Lo gak berani kan ?” Tanya Ardy
“Emang kalo Gue berani imbalannya apa ?” Putra balik bertanya
“Apa yaaah ? oh oke kalo Lo berani lakuin tantangan dari Gue, imbalannya Gue mau deh jadi supir dan nraktir Lo selama satu minggu full” Ardy menjawab dengan senyum sinis yang mengembang dibibirnya
“Seriusan Lo ?” Putra terlihat antusias
“Iye” Jawab Ardy singkat
“Gue tau Put Lo gak bakal berani” Batin Ardy.
Putra langsung berjalan ke arah Asmara
“Putra mau ngapain Lo ?” Ketus Asmara
“Gue cuman mau...........” Jawab Putra menggantung
“Jangan pernah berani pukul atau macem-macemin pacar Gue ! pacar Gue ini senior paling populer di kampus Lo berdiri sekarang” Potong Asmara cepat setengah berteriak
“woles dong woles, Gue ke sini cuman mau kasih selamat aja buat Lo karena Lo udah dapetin cowok yang cocok buat Lo, yang lebih baik dari Gue dan bisa penuhin semua keinginan Lo” Jawab Putra panjang lebar sembari mengulurkan tangannya
“Ma........ Ma....... Makasih” Jawab Asmara gugup sambil menyambut uluran tangan Putra
“Ya udah Gue mau liat daftar nama mahasiswa baru dulu, siapa tau Gue bisa jadi mahasiswa baru di kampus ini. See you” Ucap Putra melepaskan jabatan tangannya lalu langsung melangkah menjauh dari Asmara menuju ke arah tempat Ardy berdiri dari jarak kurang lebih satu meter darinya
“Fix mulai hari ini sampe satu minggu ke depan Lo jadi supir Gue dan Lo wajib traktir Gue !” Ucap Putra pada saat berada di hadapan Ardy sambil melemparkan kunci mobilnya pada Ardy
“Oke oke” Jawab Ardy menyambut kunci mobil itu dengan wajah masam.
******************
Kini resmi sudah Putra dan Ardy menjadi mahasiswa di kampus yang sama dengan di mana Asmara kuliah, pemandangan memuakan bagi Putra berupa seringnya Asmara memamerkan kemesraan dengan pacar barunya mulai sudah menjadi sarapannya sehari-hari.
Mulai hari itu Putra tak sudah tak punya mobil karena ayahnya sudah tak mampu untuk membayar cicilan mobilnya lagi
“Susah banget yah kalo gak punya mobil lagi, ujung-ujungnya Gue harus naik taksi” Oceh Putra sendirian yang berdiri di halte pinggir jalan dekat kampusnya sambil menunggu taksi.
Sementara itu tak jauh dari halte tempat Putra berdiri terlihat Asmara ingin menyebrang jalan sendirian, tiba-tiba secara mendadak sebuah mobil sport silver melaju dengan kecepatan tinggi sedangkan Asmara tetap melangkah dengan santai, melihat itu dengan cepat Putra berlari dan mendorong tubuh langsing Asmara ke pinggir jalan
“BRAAAKKK” Mobil sport silver itu menghantam tubuh Putra, seketika itu juga kedua ban sebelah kanan mobil tersebut berguling dengan cepat tepat di kaki kiri Putra. Pengemudi mobil sport silver itu tanpa basa-basi langsung memacu mobilnya meninggalkan Putra yang terbaring lemah
“Arrrggghhhh.........” Teriak Putra senyaring mungkin, tangannya memegangi kakinya.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu langsung beramai-ramai membawa Putra ke rumah sakit terdekat dan langsung melarikan Putra ke ruang UGD. Saat sudah berada di dalam UGD Putra langsung tak sadarkan diri karena jarum suntik yang menusuk kulit tangannya.
*****************
Tiga hari telah berlalu, Putra masih terbaring di ruang UGD dan tak sadarkan diri
“Gimana dok keadaan sahabat saya ? kenapa dia belum bangun-bangun juga ?” Tanya Ardy pada dokter wanita muda di hadapannya
“Sahabat anda tidak papa, itu memang efek dari obat bius yang kami berikan tiga hari lalu. Besok atau lusa juga dia sudah sadar” Jawab dokter yang bernama Puspa itu dengan senyumnya yang dihiasi lesum pipi cukup dalam
“Tapi sahabat saya baik-baik aja kan dok ?” Ardy kembali bertanya
“Tulang kaki Putra patah makanya harus di gips dulu, kemungkinan besar saat dia sadar nanti dia harus menggunakan kursi roda atau tongkat” Jawab dokter Puspa
“Berapa lama kira-kira dok Putra harus memakai kursi roda atau tongkat ?” Lagi-lagi Ardy bertanya
“Dua sampai tiga bulan” Jawab dokter Puspa jujur
“Oh iya perlu diingat jangan biarkan Putra terlalu banyak bergerak ! jika dia banyak gerak bisa berakibat fatal karena bisa-bisa kakinya tidak dapat beraktivitas untuk selamanya atau dengan kata lain kaki dia akan lumpuh total, sekali lagi saya ingatkan jangan perbolehkan Putra banyak menggerakan kakinya !” Sambung dokter Puspa dengan wajah serius.
Ardy terperangah mendengar jawaban dokter Puspa
“Putra kasian banget sih Lo, apa Lo bisa terima ini semua pada saat Lo bangun nanti ?” Benak Ardy
“Ada lagi yang mau ditanyakan ? kalo tidak ada ma’af saya harus memeriksa pasien saya yang lain” Dokter Puspa membuyarkan lamunan Ardy
“Oh silahkan dok” Jawab Ardy tersenyum kecil.
Setelah selesai menjawab pertanyaan dokter Puspa Ardypun langsung meninggalkan rumah sakit tersebut menuju ke kampusnya. Sesampainya di kampus Ardy langsung ke kantin, di sebuah kursi dilihatnya Asmara duduk tanpa ditemani pacarnya sambil menghirup jus jeruk
“Lo harus ikut Gue !” Perintah Ardy menarik kasar tangan Asmara
“Auuu sakiiiit, Lo jadi cowok kasar banget sih emang Lo mau ajak Gue kemana ?” Tanya Asmara berusaha melepaskan tarikan tangan Ardy
“Ke rumah sakit, Lo harus liat keadaan Putra ! dan asal Lo tau yah Putra divonis gak bisa jalan” Jawab Ardy terus menarik tangan Asmara
“Terus Gue peduli gitu ? enggak ! karena itu bukan urusan Gue” Ucap Asmara menepiskan tangan Ardy dengan kasar lalu langsung berlari meninggalkan Ardy.
Saat sore tiba Ardy sudah berada di ruang UGD dan Putra masih terbaring tak berdaya
“Gu....... Gu......... Gue di mana ?” Tanya Putra yang baru sadar
“Lo di rumah sakit bro” Jawab Ardy
“Rumah sakit ?” Kaget Putra, sedangkan Ardy yang di tanya tak menjawab dia hanya mengangguk dua kali pertanda mengiyakan pertanyaan Putra
“Gue mau pulang, Gue yakin Gue gak bisa bayar rumah sakit ini karena orangtua Gue udah bangkrut dan Lo tau kan bro Gue bisa kuliah gara-gara dapat beasiswa” Ucap Putra sambil berusaha bangkit dari tidurnya
“Udah bro ! Lo jangan pikirin biaya, karena Gue udah tanggung semuanya tenang aja” Jawab Ardy seraya membantu Putra
“Makasih yah bro. Lo emang sahabat terbaik yang pernah Gue kenal, eh bro Gue jenuh nih, jalan-jalan yuk” Ajak Putra
“Auuuuu kaki Gue koq digerakin dikit aja sakit banget sih ?” Tanya Putra mengurungkan niatnya untuk turun dari ranjang rumah sakit
“Makanya, kalo mau jalan-jalan mending pake kursi roda deh” Saran Ardy
“Maksud Lo ?” Putra heran
“Iya, tulang kaki Lo patah jadi mending Lo jangan banyak gerak deh !” Perintah Ardy
“Gue cacat ?” Tanya Putra dengan tatapan kosong
“Siapa bilang ? kaki Lo itu cuman digips doang, dua  atau tiga bulan nanti juga gipsnya dilepas koq, kalo pengen gips di kaki Lo cepat dilepas mending Lo jangan banyak gerak deh !” Jelas Ardy
“Tapi Lo kan tau sendiri kalo Gue ini orangnya cepat bosan ?” Tanya Putra
“Oke kalo Lo bosan, tunggu sebentar di sini Gue ambilin kursi roda dulu. Ingat diam ! jangan banyak gerak !” Jawab Ardy langsung meninggalkan Putra.
Tidak sampai 10 menit Ardy telah kembali ke hadapan Putra dengan mendorong sebuah kursi roda, perlahan-lahan Ardy membantu Putra untuk duduk ke kursi roda. Tepat di saat Putra sudah duduk di kursi roda tersebut tiba-tiba Asmara muncul dan kini telah berdiri di depan pintu ruang itu
“Asmara Lo gak papa kan ? Gue tau Lo datang ke sini pasti buat jenguk Gue” Ucap Putra dengan wajah penuh harap
“Sok tau Lo, Gue ke sini cuman mau kasih ini buat Lo dan Ardy” Jawab Asmara memberikan Putra dan Ardy masing-masing selembar kertas tebal berwarna merah
“Undangan pertunangan ?” Putra tersentak kaget
“Iya, lusa Gue mau tunangan sama pacar Gue. Oh iya Gue ke sini juga sekalian mau kasih Lo peringatan supaya Lo jangan pernah ganggu Gue lagi ! jangan hanya karena Lo udah tolong Gue Lo pikir Gue mau balikan sama Lo ? gak ! selama Lo belum punya uang sebanyak dulu lagi, jangan harap Gue mau jadi pacar Lo ! asal Lo tau yah aksi sok super hero Lo yang nyelamatin Gue itu gak ada arti apa-apanya di mata Gue. Ngerti Lo ?” Asmara berbicara dengan nada sangat sinis
“Tapi cinta Gue buat Lo itu tulus dan.................” Ucap Putra menggantung
“Cinta ? Tulus ? persetan dengan tulusnya cinta Lo buat Gue ! Tahun 2014 bicara cinta tulus ? gak salah Lo ? hidup ini gak cuman butuh cinta hidup ini butuh uang karena uang emang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang, Apa lagi dengan keadaan Lo sekarang yang cacat itu membuat Lo semakin rendah di mata Gue” Potong Asmara semakin sinis
“Asmara jaga mulut Lo ! ternyata Lo bukan cuman cewek matre doang ya tapi Lo juga cewek yang gak tau terimakasih” Bentak Ardy
“Oooh terimakasih ? ini terimakasih dari Gue” Jawab Asmara saraya menyerahkan sebuah amplop cokelat yang terlihat berat ke pangkuan Putra
“Amplop itu isinya uang 50 juta, Gue rasa cukup buat  cowok miskin kaya Lo sebagai tanda terimakasih dari Gue” Sambung Asmara menunjuk wajah Putra
“PLAAAKKK” Tangan Ardy mendarat tepat di pipi mulus Asmara
“Ardy Lo gampar Gue ? sakit tau” Protes Asmara memegangi pipinya yang memerah
“Sakit ? Lo bilang sakit ? terus apa kabar sama kaki Putra ? tulang kakinya patah dan Lo tau itu gara-gara siapa ? gara-gara Lo, Putra udah selamatin Lo dari tabrakan orang yang gak kita kenal dan gak bertanggung jawab. Tapi apa ? Lo sama sekali gak menghargai itu, Asmara Lo udah berhutang nyawa sama Putra jadi gak sepantasnya Lo hina-hina dia seperti tadi !” Ardy mulai terpancing emosinya karena ulah mantan kekasih sahabatnya itu
“Ardy diam !” Teriak Putra
“ Jangan pernah Lo sakitin Asmara ! sekali lagi Gue liat Lo sentuh Asmara, jangan harap lagi Gue anggap Lo sahabat ! lagian nolongin Asmara itu kemaun Gue bukan permintaan dia dan Gue tolong Asmara itu gak mengharapkan imbalan apa-apa. Asmara Lo gak papa kan ?” Sambung Putra menatap lekat wajah cantik Asmara
“Cukup ! jangan sok perhatian deh Lo sama Gue ! sampai kapanpun Gue gak bakal hargai itu !” Jawab Asmara sembari langsung pergi meninggalkan ruang UGD tersebut
“Itu bro yang Lo bela’in ? cewek gak tau terimakasih kaya dia Lo bela’in ? Gue gak tau Lo itu kerasukan apa sih jadi sampai segila ini ?” Kalimat tanya panjang lebar itu diberikan Ardy pada Putra
“Lo yang kerasukan apa ? bisa-bisanya Lo nyakitin cewek yang dicintai sahabat Lo sendiri” Jawab Putra
“Bro sadar dong Asmara itu udah jahat banget sama Lo, dia gak pernah harga’in Lo !” Pinta Ardy
“Lo gak tau apa-apa tentang Asmara” Sambar Putra
“Oh salah, Gue tau siapa Asmara dia gak lebih dari cewek matre yang gak tau terimakasih dan gak bisa harga’in tulusnya cinta Lo. Justru Lo yang gak tau apa-apa tentang Asmara” Jawab Ardy
“Ardy stop ! kalo Lo masih sudutin Asmara mending Lo pergi dari sini dan jangan pernah anggap Gue sahabat Lo !” Ucap Putra setengah  berteriak
“Oke kalo itu mau Lo” Jawab Ardy cepat kakinya mulai melangkah mundur
“Dengan senang hati Gue pergi” Lanjut Ardy memalingkan tubuhnya
“Iya pergi sana ! semuanya termasuk  sahabat karib Gue sendiri ninggalin Gue saat keadaan Gue yang gak berdaya gini” Teriak Putra.
Teriakan Putra mampu membuat Ardy menoleh ke arah Putra lalu mendekati sahabatnya yang duduk di kursi roda itu
“Lo pikir Gue balik buat Lo ? setelah Gue tau sahabat yang Gue khawatirin lebih bela cewek yang sama sekali gak peduli sama dia, lo salah bro Gue cuman mau ambil handpone Gue aja” Ardy berbisik tepat di telinga Putra, tangannya meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja samping ranjang
“Oh iya perhatiin baik-baik undangan itu ! karena itu bukti gimana jahatnya Asmara sama Lo !” Ucap Ardy sambil langsung meninggalkan Putra.
Selepas Ardy meninggalkannya tatapan mata Putra mengarah ke undangan pertunangan yang diberikan Asmara tersebut, sedangkan pikirannya melayang teringat akan kata-kata kasar Asmara padanya beberapa saat lalu
“Apa yang dikatakan Asmara benar Gue sekarang adalah cowok cacat yang gak punya apa-apa” Batin Putra, dia berusaha berdiri dan “BUUUGGG” Putra terjatuh tertimpa kursi roda
“AUUUUU” Teriak Putra sambil memegangi kakinya
Saat itu juga datanglah dokter Puspa
“Masya’Allah kamu gak papa ?” Tanya dokter Puspa sambil menjauhkan kursi roda dari Putra
“Kaki saya dok” Jawab Putra
“Bukannya saya sudah memperingatkan sahabat kamu agar jangan membiarkan kamu banyak gerak selama gips di kaki kamu belum dilepas, sekarang sahabat kamu kemana ?” Oceh dokter Puspa menidurkan Putra ke atas ranjang rumah sakit
“Iya dok Ardy sudah berkali-kali melarang saya untuk banyak gerak, tapi sayanya aja yang gak bisa diam” Jawab Putra membela Ardy
“Terus sekarang kemana ?” Tanya dokter Puspa
“Dia lagi keluar cari makan, mungkin sebentar lagi juga udah balik lagi” Dusta Putra
“Ya sudah obatnya diminum aja dulu, biar rasa sakit di kakinya berkurang” Dokter Puspa menjawab sambil memberikan beberapa tablet obat dan segelas air putih
“Makasih yah dok” Ucap Putra saat sudah menelan obat yang diberikan dokter Puspa
“Merawat pasien adalah sebuah kewajiban untuk saya sebagai seorang dokter” Jawab dokter Puspa tersenyum manis
“Undangan pertunangan siapa ini ?” Lanjut dokter Puspa sambil bertanya tangannya memegang undangan pertunangan Asmara
“Mantan saya” Ceplos Putra
“Mantan ?” Heran dokter Puspa
“Salah, maksudnya teman saya dok” Putra berdalih
“Oh terus kamu mau datang ke pesta pertunangan ini ?” Dokter puspa kembali bertanya
“Iya dok” Jawab Putra singkat
“Saya sebagai dokter kamu tidak mengizinkannya !” larang dokter Puspa
“Tapi dok” Jawaban Putra terhenti
“Mau cepat sembuh atau tidak ?” Sambar dokter Puspa menatap tajam mata Putra.
Putra terdiam, dia tak mau berdebat dengan dokter Puspa
“Sudahlah yang terpenting saat ini adalah kesembuhan kaki kamu, lebih baik kamu banyak istirahat kalo perlu sampai dua atau tiga bulan ke depan” Ucap dokter Puspa
“Tiga bulan ?” Kaget Putra
“Jangan protes ! kamu kan bisa cari kegiatan yang gak banyak gerak, ya misalnya main handpone atau menonton televisi” Jawab dokter Puspa menutupi tubuh Putra dengan selimut
“Ya sudah jangan bantah saya dan selamat beristirahat, saya harus menjenguk pasien yang lain dulu” Sambung dokter Puspa meninggalkan Putra setelah menyalakan televisi
“Baru kali ini Gue ketemu sama dokter kaya dia, dokter cantik  yang perhatian banget sama semua pasien” Batin Putra yang mulai kagum dengan sosok dokter Puspa.
Mulai hari itu dokter Puspa rutin mendatangi Putra, setiap tiga jam sekali selalu dia datang untuk melihat keadaan Putra dan memperingatkan pada Putra agar tidak terlalu sering menggerakan kakinya dan tidak lupa untuk minum obat.
*****************
Hari ini adalah hari pertungan Puspa. Hari itu juga Putra telah dipindahkan ke kamar rawat karena menurut dokter Puspa memang sudah waktunya ruang UGD ditinggalkan Putra. Di dalam kamar rawat Putra masih duduk bersandar dengan kaki lurus ke depan sambil memainkan handponenya, tak diduga oleh Putra sebelumnya ternyata Ardy menghampirinya
“Kangen Gue bro sama Lo” Ucap Ardy yang membawa setumpuk buku
“Tau dari mana Lo kalo Gue udah dipindahin ke ruang ini ?” Tanya Putra
“Dari suster lah” Jawab Ardy
“Oh iya Gue ke sini pengen kasih Lo tugas-tugas kuliah yang beberapa hari ini yang Lo tinggalin” Lanjut Ardy meletakan beberapa buku di atas meja
“Makasih yah bro” Jawab Putra tersenyum kecil
“Gue mau minta ma’af sama Lo, waktu itu Gue terlalu terbawa emosi makanya Gue ninggalin Lo” Ucap Ardy
“Seharusnya itu Gue yang minta ma’af sama Lo,masa cuman gara-gara Asmara Gue putusin persahabatan kita” Jawab Putra
“Berarti kita udah balikan dong ? hehehe” Tanya Ardy nyengir kuda
“Iya, kita balikan jadi best friend lagi” Sahut Putra
“Eh bro Lo gak ke pesta pertunangannya Asmara ?” Ardy tiba-tiba mengingatkan Putra pada pertunangan Asmara
“Hmmm Gue pengennya sih datang ke sana, tapi gak diizinin sama dokter Puspa” Jawab Putra.
Ardy diam sejenak, dia memikirkan bagaimana cara agar bisa membawa sahabatnya itu ke pesta pertungan Asmara
“Gue punya ide” Ardy berucap sambil menjentikan jarinya sendiri
“Apa ?” Tanya Putra.
Pertanyaan Putra belum dijawab oleh Ardy munculah dokter Puspa di hadapan mereka
“Pagi dokter” Sapa Ardy
“Iya pagi juga, Putra kamu sudah minum obat ?” Tanya dokter Puspa
“Udah dok” Jawab Putra
“Dok, izinin Putra keluar kamar yah hari ini” Pinta Ardy
“Pasti mau ke pesta pertunangan teman kalian itu kan ?” Tebak dokter Puspa
“Lho koq dokter tau ?” Ceplos Ardy
“Saya sudah baca surat undangannya jadi saya tau hari ini pestanya” Jawab dokter Puspa
“Ciiieee dokter perhatian banget sama Putra, dokter suka yah sama Putra ?” Selidik Ardy
“Tidak, saya tidak suka sama Putra. Jangan ngaco deh kamu jadi gini semua kan tau Putra adalah pasien dokter Puspa jadi dia tanggung jawab saya nah kalo saya izinkan Putra pergi ke pesta itu kalo keadaan kakinya semakin parah gimana ? gagal dong saya menjalankan tugas saya seabagai dokter karena saya tidak bisa memantau kegiatan Putra di pesta itu” Elak dokter Puspa
“Buset dah panjang banget sih penjelasannya, oke kalo gitu Gue ngomong gak boleh kalah panjang” Benak Ardy
“Asmara itu mantan pacarnya Putra dok, jadi pesta ini sangat penting buat Putra dan Putra harus datang ke pesta ini. Kenapa ? karena ini adalah saatnya untuk Putra membuktikan pada Asmara kalo Putra itu cowok yang mudah buat move on, tapi kalo Putra gak datang pasti Asmara ngiranya Putra takut sakit hati liat pertungannya” Ardy sengaja berucap dengan panjang lebar untuk membalas elakan dokter Puspa
“Tapi dengan Putra datang ke pesta itu pasti saya tidak dapat mengawasinya” Jawab dokter Puspa
“Kalo dokter tetap mau mengawasi Putra kenapa dokter gak ikut ke pesta itu aja ?” Usul Ardy
“Saya ikut ke pesta pertunangan itu ?  gak salah ? saya kan gak kenal sama mereka yang tunangan ?” Dumel dokter Puspa
“Pilihannya cuman dua, dokter biarkan kami pergi berdua dan dokter ga bisa pantau aktivitas kaki Putra atau dokter ikut kami dan dokter bisa pantau aktivitas kaki Putra ?” Tawar Ardy
“Oke oke saya ikut ke pesta pertunangan teman kalian itu” Dokter Puspa mengambil keputusan
“Nah gitu dong, kan adil” Ucap Ardy tersenyum penuh kemenangan
“Tapi gak pake lama, hanya 2 jam. Setuju ?” Tawar dokter Puspa
“Yah masa bentaran doang ?” Protes Ardy
“2 jam atau gak jadi ?” Tanya dokter Puspa
“Gimana bro ?” Ardy bertanya sambil melirik ke arah Putra
“Terserah deh” Jawab Putra
“Itu tandanya setuju, oke berikan saya waktu untuk siap-siap” Pinta dokter Puspa
“Ya udah deh, lagian Putra juga harus ganti baju masa mau ke pesta pertunangan pake baju pasien rumah sakit” Jawab Ardy.
Beberapa menit kemudian Putra dan Ardy telah siap dengan pakaian jas abu-abunya, mereka masih berada di depan pintu ruangan dokter Puspa
“Maaf kalo nunggu lama” Ucap dokter Puspa yang baru keluar dari ruangannya dengan gaun hitam panjang membalut tubuhnya. Gaun itu terlihat serasi dengan high heels cokelat yaang menghiasi kaki jenjangnya
“Wow dokter yang memakai pakaian dinas dan dokter yang memakai gaun ini terlihat sangat berbeda” Sanjung Putra
“Iya, apalagi rambut panjangnya digerai gitu” Lanjut Ardy
“Udah modusnya ?” Tanya dokter Puspa ketus
“Siapa yang Modus ? kita jujur koq” Jawab Putra
“Kamunya aja belum liat Asmara, coba nanti sampe di pestanya udah gak sanjung-sanjung saya lagi” Sindir dokter Puspa
“Ya kita liat aja nanti hehehe” Jawab Putra nyengir kuda
“Udah kali ngobrolnya, kalo kalian ngobrol terus kapan berangkatnya” Potong Ardy
“Ya udah kita berangkat sekarang aja” Ajak dokter Puspa ingin mendorong kursi roda Putra
“Eiiittsss dokter jangan cape-cape ! mending saya yang dorong, masa cantik-cantik dorong kursi roda” Larang Ardy dengan cepat langsung merebut kursi roda Putra.
Pesta pertungan Asmara telah selesai dilaksanakan, semua berjalan dengan lancar dan orang-orang yang hadir di pesta itupun termasuk Putra, Ardy dan dokter Puspa telah mengucapkan selamat pada Asmara dan tunangannya.
***************
Tiga bulan telah berlalu, kedekatan antara Putra dan dokter Puspa telah terjalin karena dokter Puspa telah merawat Putra dengan baik. Hari ini gips pada tulang kaki kiri Putra telah dilepas
“Gimana rasa nyerinya udah berkurang ?” Tanya dokter Puspa pada saat Putra sudah tidak dalam pengaruh obat bius lagi
“Sedikit berkurang koq, kan udah dokter kasih obat” Jawab Putra tersenyum kecil
“Baguslah kalo gitu, sekarang kamu harus istirahat yang cukup dulu karena besok kamu harus latihan menggerakan kaki kamu pakai tongkat. Selamat beristirahat yah” Ucap dokter Puspa langsung menyelimuti tubuh Putra lalu membalikan tubuhnnya dan melangkah ingin meninggalkan Putra
“Dok” Ucap Putra menarik tangan dokter Puspa.
Otomatis tubuh dokter Puspa yang cukup berisi itupun kembali menghadap ke arah Putra dan pandangannya dengan pandangan Putra kini saling beradu. Keduanya terdiam mungkin sedang sama-sama tengah berbicara dengan pikiran masing-masing yang berbeda
“Eh maaf, saya gak bermaksud kurang ajar sama dokter” Putra langsung melepaskan pegangan tangannya dari tangan dokter Puspa
“Iya gak papa, tapi ada apa yah ? kenapa kamu menahan tangan saya ?” Tanya dokter Puspa
“Cuman mau bilang makasih” Jawab Putra.
Dokter Puspa tak menjawab dia hanya tersenyum manis lalu melanjutkan langkahnya keluar kamar rawat Putra. Sore harinya Putra baru saja selesai melatih kakinya bergerak sambil berjalan-jalan santai di taman dekat rumah sakit
“Gimana kakinya ?” Tanya seseorang dari arah belakang Putra
“Dokter Puspa ?” Ucap Putra setengah kaget saat tau siapa yang bertanya padanya
“Kakinya boleh dilatih jalan, tapi jangan terlalu dipaksa’in juga” Jawab dokter Puspa langsung menarik Putra untuk menuju ke arah bangku taman.
Saat ini Putra dan Puspa telah duduk berdampingan di bangku taman
“Pokoknya kamu harus ingat gips di tulang kaki kamu baru di lepas jadi boleh lahitan gerak tapi jangan sampai tulang kaki kamu bergeser !” Dokter Puspa mengingatkan Putra
“Iya iya, jadi dokter koq bawel” Celoteh Putra
“Biarin bawel yang penting kan cantik” Puspa berucap dengan gaya percaya dirinya sambil membelai rambut panjangnya sendiri
“Iya Cacabe” Jawab Putra
“Apaan tuh Cacabe, yang ada cabe-cabean kali” Protes dokter Puspa
“Cacabe itu Cantik-cantik Bawel” Jelas putra
“Rese banget sih” Ucap dokter Puspa mencubit pinggang Putra pelan
“Eh eh eh geli tau hahaha” Putra berusaha menghindari dokter Puspa sambil terus tertawa
“Makanya jangan rese” Ancam dokter Puspa
“Iya iya ampun, udah dong” Pinta Putra.
Dokter Puspa menuruti permintaan Putra
“Aduh dok kaki saya dok sakit” Putra tiba-tiba mengeluh sambil memegangi kakinya
“Ya ampun yang bagian mana ?” Tanya dokter Puspa panik sambil langsung meraba-raba kaki Putra
“Hahaha satu sama hahaha” Gelak tawa Putra pecah
“Oooh jadi kamu bohong sama saya ?” Sungut dokter Puspa berdiri menjauh dari Putra
“Cieee ngambek ni, kan aku cuman pengen becan” Ucapan Putra terpotong
“Becandaan kamu kamu keterlaluan” Sambar dokter Puspa sembari menatap tajam mata Putra.
Tatapan tajam mata dokter Puspa membuat Putra tertunduk
“Ya maaf” Ucap Putra pelan
“Yang namanya penyakit itu bukan buat becandaan” Jawab dokter Puspa
“Janji deh gak ngulangin lagi” Gumam Putra sedangkan wajahnya masih menunduk
“Udahan kali nunduknya hahaha, sumpah ini lucu banget hahaha kamu satu saya dua yah hahaha” Puspa tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Putra
“Jadi ?” Tanya Putra heran
“Kamu pikir seorang dokter gak bisa bales becandaan kamu ?” Dokter Puspa balik bertanya
“Oh gitu, dikira’in dokter serius” Jawab Putra mengangkat kepalanya lalu berdiri dengan
bantuan tongkatnya
“Tapi lebih bagus akting saya kan daripada akting kamu” Goda dokter Puspa sambil menjulurkan lidahnya pada saat sudah berdiri berhadapan dengan Putra
“Bagus sih akting dokter” Jawab Putra matanya terlihat melotot
“Koq kamu melotot ?” Tanya dokter Puspa
“Itu di dekat kaki dokter ada ular” Jawab Putra setengah panik.
Mendengar jawaban Putra yang terkesan panik dan serius refleks dokter Puspa langsung melompat dan memeluk Putra
“Eiiitttsss kaki aku gaak kuat nahannya” Ucap Putra yang mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya
dan “BUUUGGGHHH” Putra terjatuh ke tanah dan tepat di atas tubuhnya dokter Puspa juga jatuh. Tatapan mata Putra dan dokter Puspapun bertemu
“Jantung Gue ? gila detaknya kuat banget sih, semoga aja dokter Puspa gak denger” Batin Putra
“Mikir apa kamu ? mikir ngeres yah ?” Selidik dokter Puspa membuyarkan lamunan Putra
“Gak koq tapi..........” Jawab Putra sengaja membuat dokter Puspa penasaran
“Tapi apa ?” tanya dokter Puspa
“Tapi nafas aku mau abis gara-gara dokter gak bangun-bangun juga” Jawab Putra
“Oh ma’af” Ucap dokter Puspa sembari langsung menjauh dari tubuh Putra.
Saat dokter Puspa sudah bangkit dengan sedikit ragu Putrapun berusaha bangun
“Auuuuu” Ringis Putra
“Alah pasti bohong lagi tuh” Cuek dokter Puspa
“Kali ini saya serius dok, aduuuh ini sakit banget pasti gara-gara ketiban sama dokter tadi” Jawab Putra memegangi kakinya
“Yang bener ?” Tanya dokter Puspa seraya kembali mendekati Putra.
Putra yang ditanya dokter Puspa tak menjawab dia hanya pengangguk pelan dan tangannya masih memegangi kakinya
“Ya sudah ayo kita ke kamar rawat” Ucap dokter Puspa langsung membopong Putra ke kamar rawat
“Mungkin ini bisa mengurangi rasa sakitnya” Dokter Puspa berucap sambil memberikan satu suntikan pada kaki Putra ketika Putra telah berbaring.
Ketika cairan berwarna putih susu telah masuk ke kadalam kulit kaki Putra melalui perantara jarum suntik dia langsung memejamkan matanya
“Lebih baik kamu beristirahat yang cukup dulu” Ucap dokter Puspa sambil menyelimuti tubuh Putra.
******************
Hari berganti hari, akhirnya kaki Putra telah sembuh dan kini Putra telah meninggalkan rumah sakit karena memang dia telah bisa berjalan secara normal
“Hei bro koq Lo ngelamun sih ?” Sapa Ardy pada Putra yang tengah duduk dengan tatapan kosong sambil memegang gitarnya di teras rumahnya
“Eh iya dok” Jawab Putra cepat
“Dok ? maksud Lo dokter Puspa ?” Curiga Ardy
“Apaan sih Lo ? Gue gak kangen sama dokter Puspa koq” Spontan Putra menjawab
“Hahaha secara gak langsung Lo mengaku kalo Lo itu kangen sama dokter Puspa bro” Tawa Ardy
“Sok tau Lo” Ketus Putra
“Lo gak perlu gengsi ngaku sama Gue bro, secara gitu kita sahabatan udah lama banget jadi Gue tau banget gimana tingkah Lo pas lagi jatuh cinta” Jawab Ardy
“Gue gak jatuh cinta sama dokter Puspa koq” Elak Putra seraya memetik gitarnya
“Nah kan lagi, lagi dan lagi Lo mengakuinya” Goda Ardy
“Iya, iya Gue akui Gue kangen sama dokter Puspa” Akhirnya Putra mengaku
“Ya udah ikut Gue yu” Ajak Ardy
“Kemana ? ke rumah sakit yah ?” Putra tanpak antusias dengan ajakan Ardy.
Baru beberapa langkah mereka berjalan tiba-tiba “BUUUGGGHHH” Putra menabrak seseorang dan mengakibatkan beberapa lembar kertas berhamburan
“Papi ?” Kaget Putra langsung memunguti beberapa lembar kertas
“Aku harap papi bisa jelasin semua ini” Sambung Putra setelah membaca isi selembar kertas paling atas yang di tangannya karena kertas tersebut adalah sebuah bukti pembayaran administrasi dari rumah sakit, lebih tepatnya bukti pembayaran atas perawatan Putra selama di rumah sakit
“Ya sudah kita masuk dulu yuk” Jawab sang ayah
“Gak perlu pi, yang aku perluin adalah penjelasan papi” Tolak Putra tegas
“Sory bro, tapi gak seharusnya Lo desak bokap Lo kaya gini” Larang Ardy
“Gue sekarang ngerti kalo selama ini bokap Gue gak bangrut dan Lo tau itu bro” Jawab Putra
“Sorry, tapi ini semua kita lakuin biar Lo berubah dan Lo gak foya-foya atau seenaknya buang uang bokap Lo cuman buat Asmara” Jelas Ardy
“Oh baguuus jadi selama ini kalian semua bersengkokol buat nipu Gue” Putra mengambil kesimpulan, tangannya bertepuk
“Kita bukan bermaksud nipu Lo bro, tapi kita cuman bertujuan untuk merubah Lo aja bro” Jawab Ardy
“Hahaha thank you so much bro, Lo berhasil bantu bokap Gue buat merubah Gue” Ucap putra langsung memeluk Ardy
“Jadi Lo gak marah bro ?” Ardy bingung
“Kenapa harus marah ? toh Lo ngerubah Gue ke arah yang lebih baik karena dengan bokap Gue pura-pura bangkrut Gue bisa lebih mengerti arti kehidupan dan Gue juga lebih menghargai uang” Jawab Putra tersenyum lebar setelah melepas pelukannya dengan Ardy. Mulai hari itu Putra  telah kembali bisa menikmati fasiltas dari orangtuanya yang serba mewah seperti dulu lagi.
***************
Kamis sore Putra sudah berada di depan ruang dokter Puspa
“Ada keluhan yah dengan kaki kamu ?” Tanya dokter Puspa ramah
“Gak koq dok, saya ke sini cuman ingin menanyakan apa malam ini dokter ada tugas ?” Putra menjawab sambil melemparkan kalimat tanya
“Gak ada” Jawab dokter Puspa jujur
“Nah pas banget saya mau ajak dokter jalan” Sambar Putra
“Kalo jalan sih, sekarang juga boleh” Jawab dokter Puspa tersenyum manis.
Kini Putra dan dokter Puspa telah berada di sebuah rumah makan cukup mewah
“Hei Putra sama siapa Lo ?” Tanya Asmara yang kebetulan ada di rumah makan yang sama
“Sama pacar Gue lah” Putra menjawab dengan nada cukup sinis
“Oh ya ? masa ?long last deh, Gue sama tunangan Gue duluan ya ?” Ucap Asmara ramah
“Iya, take care” Jawab Putra.
Asmara dan tunangannya sudah tak terlihat lagi karena mereka telah meninggalkan tempat itu
“Maksud kamu apa ? kenapa kamu bilang saya pacar kamu ?” Tanya dokter Puspa
“Emang dokter gak mau jadi pacar saya ?” Putra balik bertanya sambil menggenggam tangan putih mulus dokter Puspa
“Ma’af saya gak bisa” Tolak dokter Puspa melepaskan genggaman tangan Putra
“Maksudnya dokter nolak saya ?” Tanya Putra
“Ma’af saya harus pergi” Jawab dokter Puspa meraih tasnya lalu bergegas pergi
“Dokter tunggu !” Teriak Putra sambil berusaha mengejar dokter Puspa
“Ma’af mas, jangan main pergi aja bayar dulu dong” seorang pelayan rumah makan itu mencegat Putra
“Ini, kembaliannya ambil aja” Jawab Putra memberikan uang dua ratus ribu rupiah pada pelayan rumah makan tersebut lalu kembali mengejar dokter Puspa
“HAP” Putra berhasil menahan menarik tangan dokter Puspa
“Kenapa dokter tolak saya ? apa saya ini bukan tipe cowoknya dokter” Tanya Putra
“Bukan itu alasannya ! percuma juga kalo saya jelaskan karena pasti kamu gak akan ngerti” Jawab dokter Puspa
“Tapi saya benar-benar cinta sama dokter, saya minta berikan saya alasan yang kuat kenapa dokter tolak saya ! ” Mohon Putra sambil langsung memeluk tubuh dokter Puspa
“Ma’af saya gak bisa, tolong hormati keputusan saya !” Jawab dokter Puspa
”Iya tapi apa alasan dokter gak terima cinta saya ?” Tanya Putra.
Dokter Puspa tak menjawab dan dia hanya membiarkan Putra terus memeluknya
“Kenapa dokter diam ?” Tanya Putra lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari dokter Puspa. Dengan perlahan Putrapun melepaskan pelukannya dan “BUUUGGGHHH” Dokter Puspa jatuh pingsan dengan hidung yang berdarah.
Melihat dokter Puspa mimisan dengan cepat Putra langsung membawa dokter Puspa ke rumah sakit
“Bagaimana dok keadaan dokter Puspa ?” Tanya Putra pada dokter yang baru keluar dari ruang UGD karena baru selesai memeriksa keaadaan dokter Puspa
“Penyakit kanker nasofaring yang di derita dokter Puspa satu bulan terakhir ini kembali datang dan ma’af anda terlambat membawanya ke sini karena kanker tersebut telah merenggut nyawa dokter Puspa” Jawab sang dokter dengan wajah lesu
“Itu gak mungkin, pasti dokter bohong kan ? mana mungkin seorang penderita kanker bisa jadi seorang dokter yang sukses” Putra tak percaya
“Bukankah barusan sudah saya katakan bahwa baru satu bulan terakhir sel kanker itu kembali hidup” Jelas sang dokter.
Satu persatu orang mulai meninggalkan gundukan tanah di hadapan Putra, ya itu adalah makam dokter Puspa
“Sabar yah bro, mungkin dokter Puspa bukan jodoh Lo. Ikhlasin aja kali biar dia tenang di sisi Allah” Ucap Ardy menepuk pundak Putra pelan
“Saya sudah mengikhlaskan kepergian dokter, tapi saya janji dok sampai kapanpun saya akan tetap mencintai dokter dan saya gak akan pernah melupakan jasa-jasa dokter yang telah membuat saya bisa berjalan dengan normal lagi” Batin Putra sembari menaburkan bunga di atas makam dokter yang dicintainya tapi tak sempat untuk menjadi kekasihnya tersebut.
@_@ ~The End~ @_@


Oh iya jangan lupa follow juga yah twitter Gue @ks_rizcha kalo Gue buka twitterdan Lo (Readers) udah follow pazti Gue follback deh. #thanksBefaore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar